Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2020

Di Ruang Duka Kita Abadi Bersama

Gambar
Di Ruang Duka Kita Abadi Bersama By: Tulisan Felisa Di ruang yang gelap gulita Tuan bermain-main dengan melodi Nun mengintip dengan lilin merah ditangan Di balik pintu Ikut menari-nari Berputar-putar dalam angan Sesekali Nun terjatuh sendirian Lilin-lilin berbisik pada cahaya Doremi do re mi do bunyinya Menembus sela sela udara Merayap dalam pijakan tanah yang sama Memantul di dinding kaca Hingga Tuan berbalik menatap Nun yang jingga Sorot mata Tuan laksana lentera Beradu sendu dengan Nun lalu mengulurkan tangan Mengetuk-ngetuk lantai dansa Menuang tawa juga sesekali menuangkan air mata Berbisik pelan 'kita sedang jatuh cinta' Perak merah kuning sirna Nun dibawa terbang ke angkasa Tuan hanya terdiam Semesta memang suka dengan bercanda Sukma Nun abadi di alam kedap suara Tuan dekap Nun erat sesekali sesegukan Lalu terdiam Hening Sunyi lama Detik detik memungut detak jantung Tuan yang tersisa Perlahan-lahan Nun berbalik Mengulurkan tangan d

Pulang dan Pergi

Gambar
                              Pulang dan Pergi Diatap gedung sore itu Ku dapati engkau sedang terisak Beradu mendung dengan langit sore Burung-burung sembunyi dibalik rimbunan daun Sesekali mengintip kita yang sedang membisu Isakan mu semakin deras ketika senja pulang ke peraduan malam Lalu matamu menembus dimensi lain dimataku Bertanya di sela-sela tangis mu Apakah pulang dan pergi seteguk air saja jaraknya? Atau apa pulang dan pergi tidak berjarak? Tanya mu, aku hanya bisa diam membisu Apakah yang pulang harus pergi? Apakah yang pergi tidak bisa pulang lagi? Lalu apa memang Tuhan menciptakan pulang sejalan dengan sedih? Apakah kepergian selalu diiringi dengan tangisan? Mengapa pulang dan pergi diciptakan jika membuat penderitaan? Lagi-lagi pertanyaan mu membuat perih mata ku Apa perlu kita meminta abadi untuk tidak pulang? Apakah pulang bisa menjadikan kita abadi? Burung-burung meninggalkan ranting Ikut nelangsa melihat tangis mu yang semakin menjadi-jadi Ketika

Kita sedang hidup di dunia siapa tuan?

Gambar
        Kita sedang hidup di dunia siapa tuan? Kita sedang hidup di dunia siapa tuan? Dunia mu yang penuh teka-teki Atau kita hidup di dunia ku? Yang sengaja aku biarkan kosong ini Ternyata aku lupa tuan Sejak awal tidak ada kata kita di cerita ini Hanya ada aku dan kamu, sendiri-sendiri

Ku kira duka ku akan abadi

Gambar
                      Ku kira duka ku akan abadi Ku kira duka ku akan abadi Setelah kamu pergi menghianati Jatuh bangun aku menata hati kembali Hingga suatu hari aku menyadari Ternyata tanpa mu aku masih bisa berdiri sendiri merakit mimpi

Tenang kamu tidak sendirian

Gambar
              Tenang kamu tidak sendirian Senja ku sudah pulang ke peraduan malam Namun tatapan sendu mu masih tertahan Kamu menangis dalam dekapan Lalu aku berbisik dengan sangat pelan Tenang kamu tidak sendirian

Aku Jatuh cinta pada mu sendiri

Gambar
               Aku Jatuh cinta pada mu sendiri Dibalik pohon beringin aku melihat mu bernyanyi Secara sepi dan sembunyi-sembunyi Hingga pada suatu hari Aku Jatuh cinta pada mu sendiri Tanpa kamu ketahui sampai hari ini

Aku Hanya Ingin Hidup Damai

Gambar
                  Aku Hanya Ingin Hidup Damai Aku hanya ingin hidup damai Jangan kau mainkan bunyi klakson teriakan cacian dan makian Sesak nafas ku menghirupnya Polusi yang menyumbat isi kepala Ingin mabuk saja rasanya Lagi lagi malam menghampiri Saat ayam berkokok pertama kali Saat itu aku bersujud dan mengenadah Tidak, bukan harta berlian mantra ku Aku hanya ingin hidup damai

Kita Hanya Ingin Terbang

Gambar
Kita Hanya Ingin Terbang Kita hanya ingin terbang Tidak tahu akan sampai pada dataran yang rendah Atau di tengah-tengah bumi dan langit Atau sampai terbang bersama awan Kita hanya ingin terbang Menikmati bait-bait dan semesta Tanpa kata harus Tanpa perintah Bebas Kita hanya ingin terbang

Hari Ini Aku Kehilangan

Gambar
                         Hari ini aku kehilangan Hari ini aku kehilangan Sosok yang belum pernah terekam secara langsung oleh mata ku Suara dari baitnya belum pernah terdengar langsung dari telinga ku Tapi hari ini aku kehilangan Aku hanya ingin bersedih hari ini Bagaimana bisa? tanya mu Sekali lagi hari ini aku kehilangan Sosok yang bait baitnya sampai pada mata ku yang sendu Syair-syairnya sampai pada telinga ku yang duka Sekarang sudah bukan Juni Tapi hari ini hujan turun pada bulan Juli Gemericik tangis dan terimakasih terdengar lirih Lalu sang Juni berbisik, Terimakasih sudah abadi

Setiap manusia punya enak dan tidak enaknya sendiri-sendiri

Gambar
Kata si sulung “Enak jadi si bungsu mendapatkan apa yang di inginkan dengan mudah” “Enak jadi si tenggah di beri banyak kebebasan” “Enak jadi si tunggal, tidak harus berbagi sayang dengan siapapun” Kata si tengah  “Enak jadi si sulung, menjadi yang pertama dalam mengambil keputusan” “Enak jadi si bungsu mendapatkan yang di inginkan dengan mudah” “Enak jadi si tunggal, tidak harus berbagi sayang dengan siapapun” Kata si bungsu “Enak jadi si sulung, menjadi yang pertama dalam mengambil keputusan” “Enak jadi si tenggah di beri banyak kebebasan” “Enak jadi si tunggal, tidak harus berbagi sayang dengan siapapun” Kata si tunggal “Enak bersaudara, bisa berbagi berat pundak dan isi kepala” Setiap manusia punya enak dan tidak enaknya sendiri-sendiri, punya beban yang sama hanya bentuknya saja yang berbeda.

Teruntuk Puisi

Gambar
Teruntuk Puisi Biru yang menjelma abu-abu Kata suka yang berakhir duka udah biasa Berlari dikejar dan berhenti udah fase nya Tak luput dari salah namanya manusia Udah biasa jangan dipaksa nanti pergi Udah biasa jangan maksa pada semesta Hari yang tak bisa diulang namun bisa dikenang Selamat selamat Selamat hari lahir Selamat lahir di bulan yang sama Panjang umur puisi hidup terus pada semesta

Melati Menjelma Dalam Raga Bernama Wanita

Gambar
        Melati Menjelma Dalam Raga Bernama Wanita Karya: Fefi Marlinda Sari Tidak ada yang lebih harum dari melati Harum semerbak aroma kasih sayangnya Menyihir kumbang dijadikannya kupu-kupu Kelopaknya putih bersih menjelma hati Merekahkan cahaya menyejukkan mata Tidak ada yang lebih kokoh dari melati Kelopak mungil tidak gugur diterpa angin Tumbuh rendah melata di tanah Menunduk menyembunyikan paras rupawan Namun tegak berdiri tangkai impian Tidak ada yang lebih elok dari melati Menjelma dalam raga bernama wanita Isak tangis yang didera senyum manis yang dipamerkan Duka lara yang diterima lapang dada yang disuguhkan Penghianatan yang dikirimkan setia yang dibalaskan Pilu disulap dijadikannya kekuatan 

Terbit dan Terbenam

Gambar
Terbit dan Terbenam Karya: Fefi Marlinda Sari Terbit dan terbenam hanya sejengkal jaraknya Terbit lahir bersama diri kita Membangunkan jiwa yang terlelap Cahaya mentari menusuk impian Matahari setuju dengan mimpi mu pagi ini Pada malam yang terbenam Pulang kata mu Aku masih ingin berlari kata ku Menyambung mimpi pagi yang belum tuntas Jangan teriak sang surya Jiwa manusia bukan baja Terlelap ini perintah kata sang surya Matahari terbit dan terbenam Sejengkal saja jarakmu antara pergi dan pulang Pergi meraih mimpi Pulang ke peraduan malam Janji semesta yang nyata Mari pergi bersama sang fajar meraih mimpi Kelak dikala senja mari pulang bersama mendali

Untuk Siapa Tidak Sedih Mu

Gambar
Untuk Siapa Tidak Sedih Mu Untuk siapa tidak tidur mu Bangun ketika menari masih tertidur Berlari sampai mentari sudah terlelap lagi Dan engkau masih terjaga di ujung pintu Menjaga agar tidak satupun luka menghampiri ku Untuk siapa tidak sedih mu Untuk aku yang yang mengecewakan mu Untuk aku yang tidak patuh pada mu Yang menyusahkan langkah kaki mu Yang membuat pilu mata mu Yang membuat sesak dada mu Untuk siapa kuat mu Untuk ku yang lemah Untuk jiwa yang hanya bisa menangis Kasih mu dan cinta mu melekat di nadi ku Mengalir dalam darah ku Tepat berada pada detak jantung ku

Pada Aksara Atau Angka

Gambar
Pada Aksara Atau Angka Pada aksara atau angka Akan kamu berikan kepada siapa nafas mu Angka yang memuntahkan isis kepala Atau aksara yang menjadi tempat lari Pada aksara atau angka Akan kamu berikan kepada siapa goresan pena mu Pada angka yang menjadi tuntutan realita Atau aksara sebagai penghibur pelipur lara Pada aksara dan angka yang menjelma Satu Berjalan beriringan dengan kasih sayang Membawa terbang menuju roma impian Tidak boleh kan kita serakah Kita hanya ingin hidup di atur yang bebas Lamongan, 20 Juni 2020

Pada Yang Seharum Surga

Gambar
Pada Yang Seharum Surga Pada akar tumbuhan yang menyerap air kasih sayang Pada batang kuat yang menahan beban berat Pada dahan dan ranting yang melahirkan daun dan bunga cinta Pada daun yang memasak dengan cahaya kelembutan Pada bunga yang menyerbak harum aroma dekapan Pada putik sari yang menjatuhkan ragu Pada biji yang menjadi buah harapan Pada warna hijau yang menjadi penyegar rasa Pada warna coklat yang meredakan amarah Pada angin yang menerpa lembut tubuh tegak mu Pada angin yang membuat mu semakin kokoh Pada tanah terimakasih telah melahirkannya Pada semesta terimakasih sudah mau menerimanya Semuanya ada pada perempuan dengan tawa merdu Semuanya ada pada jiwa dan raga mu Ibu

Pada Senja Di Ujung Bukit

Gambar
Pada Senja Di Ujung Bukit Pada senja di ujung bukit Tenggelam lembut ke peraduan malam Cahaya yang sirna Malam yang meyeramkan Jangan pulang Pada getir kehidupan Aku ingin terbang dulu Tolong izinkan

Pada Sakura Di Musim Semi

Gambar
Pada Sakura Di Musim Semi Pada sakura di musim semi Ku titip kuncup sayang ku Jangan di gugurkan Sampaikan aku masih menuliskannya dalam bait sendu ku Rasa yang tersesat Panas atau dingin Ingin berlanjut terbang atau kembali ke sangkar Kamu bagaimana? Tanda tanya yang selalu berputar pada bianglala kepala ku Tak kunjung henti Sampai ketika kata ku habis dimakan waktu Tulisan Felisa

Arloji Tertawa Ketika Ku Menghitung Detik

Gambar
Arloji Tertawa Ketika Ku Menghitung Detik Arloji tertawa ketika ku menghitung detik Sang detik yang jenuh ku menatapnya Angka-angka melingkar berdiskusi lari dari nyata Jarum jam nenunjuk tajam Berapa putaran lagi? Tanyanya Berapa putaran lagi aku harus tersesat pada matanya Berapa putaran lagi tuan? Candu yang menggebu Memuntahkan waktu yang tak kunjung temu Ingin menghentikan jarak penyebab rindu Sang poros pura-pura tuli dan bisu Menjelma menjadi doa-doa yang sendu

Arloji Memuntahkan Sendu

Gambar
Arloji Memuntahkan Sendu Arloji putih tertawa ketika ku menghitung detik Sang detik yang jenuh ku menatapnya Angka-angka melingkar berdiskusi lari dari nyata Jarum jam nenunjuk tajam Berapa putaran lagi? Tanyanya Berapa putaran lagi aku harus tersesat pada matanya Candu yang menggebu Memuntahkan waktu yang tak kunjung temu Ingin menghentikan jarak penyebab rindu Sang poros pura-pura tuli dan bisu Menjelma menjadi doa-doa yang sendu

Tanpa Mu Aku Baik-Baik Saja Ternyata

Gambar
Tanpa Mu Aku Baik-Baik Saja Ternyata Di kursi taman lelaki itu tampak terdiam, sedangkan Senjani hanya mampu menatap langit biru yang cerah. Berharap perasaannya juga ikut secerah langit biru itu. Dengan burung-burung yang berlalu lalang terbang berhinggap dari satu pohon ke pohon yang lainnya. Menghampiri dahan yang lebih rimbun dan nyaman untuk dihinggapi. Lelaki di samping senjani yang sedang tertunduk, entah apa yang ada dipikrannya, sehingga dia berani-beraninya mengajak Senjani untuk bertemu lagi setelah sekian lama. Hampir lima tahun semuanya sudah berlalu ketika segala hal tentang lelaki dengan raut yang sangat kacau disampinginya terungkap. “Mau apa kamu?” Tanya Senjani tanpa basa-basi pada lelaki disampingnya “Kembali terbang bersama mu” Jawabnya dengan menatap Senjani dengan penuh harap “Ranting yang patah tidak akan bisa dikembalikan pada pohon lagi Fajar” “Tapi Jani burung dara yang terbang jauh pasti akan kembali ke rumahnya lagi” “Lalu maksutmu aku rumah beg

Mesin Ketik

Gambar
Mesin Ketik Pagi ini aku bangun kesiangan lagi, banyak tugas yang belum terselesaikan. Deadline yang berjalan lebih cepat daripada langkah ku. Ada satu tugas yang mengharuskan mengetik dengan mesin ketik tidak dengan laptop ataupun dengan komputer, alat-alat canggih yang mempermudah pekerjaan kita. Tugas macam apa sudah zaman abad 21 masih menyuruh menggunakan mesin ketik, senang sekali menyusahkan mungkin memebuat orang lain harus bekerja lebih keras adalah kebahagiian bagi sebagian dari mereka. Apalagi dengan syarat dilarang salah, satu huruf ku tidak diperbolehkan salah dalam penulisannya. Dengan kesal aku mengambil mesin ketik yang sudah usang dari gudang penyimpanan barang, membawa alat yang di bungkus kardus itu kedalam kamar ku. Membuka kardus yang berdebu dan mengeluarkan mesin ketik yang ku kira sudah rusak dan berkarat. Ternyata aku salah mesin ketik ini malah sangat bersih bahkan dapat dikatakan terlihat baru. “Menyebalkan kenapa dulu tidak langsung ada laptop sa

Hakikat Hidup Adalah Ditinggalkan dan Meninggalkan

Gambar
Hakikat Hidup Adalah Ditinggalkan dan Meninggalkan Malam ini ku jumpai dia di teras rumah, tempat yang sama seperti sepuluh tahun yang lalu ketika kita bermain bola bekel, masih juga tempat yang sama dua tahun yang lalu ketika sekejap mata semua yang dimiliki diambil darinya. Semua yang dia miliki pergi meninggalkannya bahkan dirinya sendiri juga meningglkannya. Sekarang dia disini seseorang yang baru bahkan aku hampir tidak mengenalinya, mungkin dia kembali ke tempat ini karena sebentar lagi lebaran. Mungkin juga dia ingin memperbaiki salahnya. Atau mungkin sebuah keharusan karena tempat dia bekerja sedang libur, entahlah aku juga tidak tahu pastinya. “Hay” “Kapan kamu pulang?” “Sudah lama hampir dua bulan” “Lho serius aku kok tidak pernah tau?” “Iya, kamu tidak pernah keluar rumah sih” “Iya jarang main keluar, paling Cuma kesini” “Kamu ga berubah ya, tetap kecil hehehe” Katanya sambil tertawa Kesini, yang ku maksut adalah rumah eyang, rumah eyang ku tidak terlalu jauh j

SURAT KEGAGALAN

Gambar
SURAT KEGAGALAN Pagi ini datang lagi petugas pos mengantarkan surat berita yang kesekian kalinya, aku sudah tidak menghitung lagi sudah berapa banyak tukang pos dan surat yang datang. Dalam bungkusan paket, sudah bosan aku dengan rutinitas membuka isi paket yang isinya surat. Semoga ini menjadi surat yang terakhir, semoga Tuhan aku mohon, plisss aku mohon, harap ku. Gagal, aku sudah tidak kaget lagi dengan isinya. Surat kegagalan yang tidak pertama atau kedua.  Tidak aku tidak sedih bagaimana mau bersedih, sedih ku sudah habis, sampai aku tidak tahu lagi mau mengekspresikan bagaimana duka ini. Ku kirim pesan pada Sam, Sam aku butuh malam mu. Butuh bintang, bulan, es teh manis. Kebiasaan ku kalau ingin lari dari isi kepala membuat dunia ku yang sepi menjadi sangat berisik, yang dapat membunuh ku tanpa bantuan pisau. *** Seperti sudah tau apa yang akan aku jelaskan, Sam datang dengan sepedah vespanya. Sepeda kesayangan yang setia menemaninya. Sam teman terbaik ku yang bersedia

Melepas Mu Untuk Memeluk Mu Dengan Halal

Gambar
Melepas Mu Untuk Memeluk Mu Dengan Halal Nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan ? Ketika kamu hasih dikasih kesempatan untuk menghirup udara , ketika kamu masih dikasih kesempatan untuk melihat  dunia menyaksikan terbitnya fajar sampai tengelamnya matahari  . Merasakan kasih sayang kedua orang tua , saudara , sahabat dan pacar . Itulah selarik kata – kata yang dituangkan Ayana kedalam buku catatan pribadinya , Dia bahagia dengan hidupnya bagaimana tidak kedua orang tuanya sangat menyanyanginya , Nafasya sahabatnya sejak kelas satu SMA juga sangat menyayangi Ayana selain itu ada lagi Regha selain kedua orang tuanya dan sahabatnya Regha juga merupakan sosok yang sangat berarti dalam hidup Ayana , Regha adalah kekasih Ayana mereka telah menjalin hubungan dalam pacaran selama delapan tahun sejak mereka duduk dibangku kelas satu SMP .  hari ini seperti hari-hari biasa Ayana bersiap – siap akan pergi ke kampus seperti biasanya karena masih semester empat maka hari – hari Ayana tidak ter

Di beri warna putih jadinya hitam

Gambar
Tidak begini seharusnya. Yang dilukis pemandangan jadinya jurang. Di beri warna putih jadinya hitam. Mau apa tanya mu? Makan yang banyak padahal tidak lapar. Tidak makan pingsan. Sarapan yang menjelma makan siang. Terlambat, tidak, hanya ingin lebih lambat. Daripada tidak sama sekali. Lalu bagaimana tanya nya? Meminta maaf dan berterimakasih, kesempatan yang terus diberikan. Dan dosa yang terus diciptakan. Gapapa manusia bentuknya. Mabuk saja, asal jangan muntah nanti berantakan. Nahkoda yang kehilangan peta. Paradoks yang tidak dapat dieja.