Tanpa Mu Aku Baik-Baik Saja Ternyata



Tanpa Mu Aku Baik-Baik Saja Ternyata

Di kursi taman lelaki itu tampak terdiam, sedangkan Senjani hanya mampu menatap langit biru yang cerah. Berharap perasaannya juga ikut secerah langit biru itu. Dengan burung-burung yang berlalu lalang terbang berhinggap dari satu pohon ke pohon yang lainnya. Menghampiri dahan yang lebih rimbun dan nyaman untuk dihinggapi.
Lelaki di samping senjani yang sedang tertunduk, entah apa yang ada dipikrannya, sehingga dia berani-beraninya mengajak Senjani untuk bertemu lagi setelah sekian lama. Hampir lima tahun semuanya sudah berlalu ketika segala hal tentang lelaki dengan raut yang sangat kacau disampinginya terungkap.
“Mau apa kamu?” Tanya Senjani tanpa basa-basi pada lelaki disampingnya
“Kembali terbang bersama mu” Jawabnya dengan menatap Senjani dengan penuh harap
“Ranting yang patah tidak akan bisa dikembalikan pada pohon lagi Fajar”
“Tapi Jani burung dara yang terbang jauh pasti akan kembali ke rumahnya lagi”
“Lalu maksutmu aku rumah begitu?”
“Tempat aku pulang Jani, Senjani selalu menjadi tempat pulang terbaik”
“Aku bukan rumah mu”
“Aku tahu aku salah, tolong maaf kan semua kesalahan ku. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Aku berjanji Jani tidak akan menghianati mu lagi”
“Tidak Fajar semuanya sudah berakhir”
“Belum Jani kamu masih milik ku”
“Sejak kapan aku menjadi milik mu?”
“Sejak…”
“Kamu tidak bisa menjawab kan?”
“Tapi Jani”
“Kisah Senjani dan Fajar sudah selesai, semenjak waktu itu”
****
Lima tahun yang lalu Fajar adalah seseorang yang sangat spesial untuk saya dia dapat menjadi teman, sahabat, saudara, musuh dan tempat ku pulang. Dia selalu bisa membuat ku berani, berani melawan rasa takut ku sendiri.
Aku masih ingat betul pada malam itu ketika seseorang yang sangat aku sayangi dan hormati pergi meninggalkan ku dan ibuku, ayah ku pergi meninggalkan ku dan ibu. Dunia serasa sempit dan tidak adil, bagaimana bisa seorang ayah yang seharusnya menjadi panutan malah memilih menyerah melindungi keluarganya.
Pada saat itu hanya Fajar yang dapat menjadi tempat ku pulang, setelah ayah memutuskan untuk melangkah keluar rumah aku juga ikut berlari, berlari dari kenyataan dan keraian isi kepala ku sendiri, aku tidak berani kalau tetap di rumah melihat ibu menangis seperti itu.
Fajar mendatangi ku dan ikut duduk disalah satu kursi ditepi jalan dibawah lampu kota, di jalan Malioboro Jojakarta itu. Dengan raut yang ikut khawatir apa yang sebenarnya terjadi pada ku, memenang tangan ku yang dingin, lalu dia melepas jaketnya dan memasangkannya pada tubuh ku yang bergetar karena isak tangis yang menyesakkan dada.
“Ada apa Jani?”
“Aku takut”
“Apa yang terjadi ayok cerita”
“Dunia tidak adil Jar”
“Ada apa Jani?”
“Ayok ajak aku lari dari bumi ini”
“Ada apa ayok cerita jangan begini”
“Ajak aku ke saturnus Jar, aku mohon ayok”
“Cerita Jani jangan begini, jangan membuat aku khawatir”
“Bapak Jar”
“Iya kenapa dengan bapak?”
“Bapak pergi meninggalkan aku dan ibu Jar”
“Kemana?”
“Aku tidak tahu Jar”
“Semua akan baik-baik saja Jani”
“Tidak Jar aku tidak berani sendirian aku takut”
“Kamu ini pemberani Senjani, Senjani ku ini kuat”
“Jar”
“Iya?”
“Jangan pergi”
“Tidak aku tidak akan pergi”
“Jangan tinggalkan aku sendirian”
“Aku akan selalu bersama mu, selalu disamping mu”
“Aku takut Jar”
“Jangan takut aku akan selalu ada untuk mu”
“Kamu berjanji?”
“Tidak baik Jani bilang janji, nanti aku buktikan saja pada mu”
“Jar ajak aku lari dari bumi”
“Lalu kita mau kemana?”
“Ke saturnus ayok, disana tidak akan ada lagi ditinggalkan dan meninggalkan, disana tidak akan ada tuntutan dan tekanan. Kamu tidak mau menemani ku?”
“Iyan aku mau, sudah Senja ku tidak boleh menangis, senja ku tidak boleh bersedih lagi”
“Sedih memangnya tidak boleh dirayakan? Padahal sedih juga diciptakan oleh semesta sebagai bukti bahwa manusia adalah tempatnya kecewa”
“Tapi pengecualian untuk mu”
“Kenapa?”
“Kalau kamu bersedih nanti bagaimana yang ingin menikmati senja dikala sore, bukankah nanti mereka akan kecewa ketika yang dilihat justru malah mendung”
“Memangnya ada yang ingin melihat ku?”
“Ada”
“Siapa?”
“Aku” Katanya sambil memenang erat tangan ku, dan tangan kanannya yang menbuat kepala ku bersadar di bahunya, dengan air mata yang masih mengalir.
Kata-katanya yang selalu membuat aku yakin bahwa aku tidak akan sendirian membuat aku yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja, membuat aku berani untuk terus berjalan. Bermimpi kita akan terbang keliling dunia bersama.
Namun malam itu seketika semua kepercayaan ku runtuh ketika melihat dia mengenggam tangan wanita lain. Pada saat itu juga cerita Senjani dan Fajar telah usai, tempat pulang yang ku kira kokoh sekarang justru malah roboh tanpa ada hembusan angin.
Saat Fajar melihat ku menatapnya dengan wanita lain dia menghampiri ku namun sudah terlanjur kecewa rasanya untuk tetap berdiri ditempat yang sama aku putuskan untuk lari, lari dari Fajar selamanya sejak malam itu aku tidak mengizinkan dia hadir lagi dalam hidup ku.
*****
Selama lima tahun aku tidak bertemu dengannya dan hari ini dia mengajak ku bertemu di taman ini, tidak baik ternyata menyimpan benci pada orang terlalu lama, aku sudah memaafkan semua kesalahannya paa ku, namun aku tidak bisa melupakan apa yang telah dia lakukan, menghianati kepercayaan ku padanya.
“Aku sudah memaafkan semua kesalahan mu, namun aku tidak bisa melanjutkan cerita Senjani dan Fajar lagi”
“Kenapa?”
“Kenapa? Haha apa tidak ingat ketika kamu menghianati kepercayaan ku dulu. Waktu kamu lebih memilih untuk mengenggam tangan wanita lain dimana kamu waktu itu yang bialng tidak akan pergi dari ku, yang kan selalu menemani ku untuk terbang agar aku tidak taku sendirian dimana kamu waktu itu? Haa jawab Jar” Jawab ku dengan nada yang sangat emosi, tanpa ku sadari ternyata air mata ku masih saja menetes.
“Maaf Jani”
“Sudah cukup jangan meminta maaf lagi, aku sudah memaafkan mu”
“Aku ingin kembali bersama mu”
“Tidak Jar aku tidak bisa, kamu perlu tahu sejak malam itu aku berjalan sendirian melawan rasa takut ku dan mencoba berani melakukan banyak hal tanpa mu. Berusaha mati-matian menyibukkan diri dengan berbagai macam kegiatan agar aku dapat melupakan mu”
“Aku tahu aku sangat melukai mu”
“Lebih kamu tidak hanya melukai ku, kamu hampir membunuh separuh diri ku sendiri, lima tahun aku belajar melupakan mu, dan berhasil ternyata dengan tidak bersama mu aku juga baik-baik saja ternyata”
Hening tidak ada yang bersuara lagi setelah membicarakan hal-hal yang memang sudah tidak bisa untuk dilanjutkan lagi. Ternyata tidak semuanya dapat diulang dan diteruskan lagi bersama dengan orang yang sama. Mungkin lebih baik kita melepaskan dan mengikhlaskannya hanya untuk meyelamatkan diri kita sendiri. Menyelamatkan hal-hal yang masih tersisa di diri kita.
“Kamu masih Senjani ku yang suka menatap langit biru”
“Tenggelam dan terbit sejengkal saja jaraknya, pergi dan pulang pasti akan selalu kita temui dalam perjalanan. Apalagi ditinggalkan dan meninggalkan, semuanya diciptakan untuk membuat kita menjadi jauh lebih baik, menjadi untuk lebih mencintai diri kita sendiri”
“Kamu benar Jani, kepuusan mu sudah tepat. Terimakasih”
Tidak semua kisah akan berakhir bahagia, tidak semua yang awalnya berjalan bersama juga akan sampai pada tujuan yang sama, mungkin bisa jadi di perjalanan akan ada persimpangan yang membuat mereka harus berpisah memilih jalannya masing-masing, memilih jalan mana yang membuatnya jauh lebih baik dan menyelamatkan apa yang masih tersisa dirinya masing-masing dan lebih mencintai kehidupan barunya meski tidak dengan orang yang sama.

Senjani

Tanpa mu sayap ku masih kokoh
Cinta semu yang memudar pada langit sore
Cleopatra yang kehilangan pesonanya
Jarak pulang dan pergi sejengkal saja
Jarak antara ditinggalkan dan meninggalkan hanya sebait
Jarak antara terbenam dan terbit hanya segaris
Matahari senja dan fajar menyingsing sama
Peluk hangat dekap dengan cinta diri sendiri
Terbang tanpa pilu yang mendekap lara


Lamongan, 19 Juni 2020.
Setelah kisah kita usai dan tanpa mu aku baik-baik saja ternyata.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pada Aksara Atau Angka

Kita sedang hidup di dunia siapa tuan?

Mesin Ketik