Berteman Dengan Overthinking

 


Berteman Dengan Overthinking

     Aku terbangun pada suatu pagi yang teramat cerah. Berjalan menuju balkon atap rumah, menyapu arah pandangan ku ke segala arah. Rumah-rumah tetangga yang menjulang, bangunan-bangunan tinggi yang mencakar langit, burung-burung terbang rendah didepan ku. Langit biru sangat cerah pagi ini. 

     Namun tidak dengan perasaan ku, ini bukan kali pertama aku merasakan perasaan seperti ini. Setiap hari ya setiap hari. Bahkan hampir setiap saat aku mengalaminya. 

    Setiap pagi bangun dengan perasaan yang aku tidak bisa menjelaskannya, kosong, kesal, sesak, bingung juga sedih. Namun anehnya bahkan aku tidak tahu apa penyebabnya. Perasaan-perasaan yang membuat ku tidak nyaman dengan diriku sendiri. 

    Sampai aku putuskan untuk masuk lagi kedalam rumah, membereskan kamar, masak, mandi lalu sarapan. Berangkat ke kampus, menjalani hari-hari seperti biasa, belajar juga rapat mempersiapkan acara. 

    Sampai sore hari pulang lalu mandi makan sampai selesai waktu sholat isyaq pergi lagi untuk mengerjakan tugas-tugas bersama dengan teman-teman. Tertawa, menertawakan hal-hal lucu, mengibahi teman yang lain lalu serius lagi mengerjakan tugas. 

    Pulang larut malam dengan perasaan yang kacau lagi, berusaha mati-matian untuk menutup mata. Menghentikan pikiran-pikiran yang buruk lalu tidur. "Semoga mimpi indah" Bisik ku kepada diriku sendiri. 

***

   Bangun lagi dipangi yang cerah dengan aktivitas dan perasaan yang hampir serupa dengan kejadian-kejadian seperti hari-hari sebelumnya. 

    Berangkat ke kampus, bertemu dengan teman-teman membicarakan soal nilai. Ada yang mengatakan nilainya hampir sempurna. "Wah selamatnya" Puji ku dengan perasaan yang teramat kacau, kecewa terutama kepada diri sendiri. Karena sudah merasa melakukan usaha yang lebih daripada dia. Namun dia justru mendapatkan nilai yang lebih tinggi. 

   Lalu pulang lagi dengan perasaan yang sangat kacau. Berdiam diri diatas kasur memikirkan banyak hal, "Bagaimana dengan hari esok? " Pertanyaan yang selalu memenuhi isi kepala. Sampai larut malam, mata juga tak kunjung terlelap. 

    Sampai seorang teman dekat mendatangi kamar saya. Berbasa-basi menceritakan hari-hari yang telah dilalui. "Perasaan ku kacau" Kata ku

    "Sama, bahkan sering menangis tanpa alasan" Katanya sambil terisak. Saat ku tanya kenapa, dia bilang tidak apa-apa

    "Aku capek"

     "Aku juga, bahkan rumah yang seharusnya untuk pulang tidak bisa memberikan ketenangan" Katanya

    Lalu memandangnya ternyata aku tidak sendirian, ternyata aku memiliki teman atas perasaan dan pemikiran kacau ku setiap hari. Atau justru semua manusia juga merasakan apa yang aku rasakan. 

    Akhirnya aku memutuskan untuk berdamai, berdamai dengan isi kepala dan hati ku sendiri. Menikmati hari-hari dengan memaafkan pemikiran yang berlebihan. Melanjutkan jalan yang masih jauh tujuannya. Juga berusaha tidak lagi membandingkan apapun dan siapapun. Hanya ingin hidup damai dan tenang. Bisa berteman dan kurang pada dirisendiri. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pada Aksara Atau Angka

Kita sedang hidup di dunia siapa tuan?

Mesin Ketik