Postingan

Menampilkan postingan dengan label Puisi

Pada Sakura Di Taman Cinta

Gambar
Pada Sakura Di Taman Cinta   Pada sakura di taman cinta Gugur kelopak bunga semi mu Harum semerbak aroma mu Merayap di langit biru Aroma cinta seorang Ibu Pada sakura ditaman cinta Gugur kelopak bunga semi mu Tedengar lirih syair-syair melody merdu Mengetarkan relung kalbu Melody merdu nyayian Ibu Pada Sakura di taman cinta Gugur kelopak bunga semi mu Menjatuhkan bait-bait nama mu Merangkai prosa dilangit kelabu Mendekap erat pilu nan sendu Aku cinta dengan pelukan mu Ibu Pada Sakura di taman cinta Mekar bersemi dalam relung kalbu Menuliskan surat pada sang waktu Mengirimkan ke samudra biru Oh Ibu sudah berapa windu? Aku rindu dengan senyuman mu Pada Sakura di taman cinta Duduk tersungkur diriku Bertempu pada sang waktu Dengan kitab abu-abu sebagai saksi bisu Tuhan ku Ku rindu pada hamba mu Dalam sosok malaikat bermata sendu Ibu ku Cinta ku Peluk cinta rindu dari putri mu

Untuk Siapa Tidak Sedih Mu

Gambar
Untuk Siapa Tidak Sedih Mu   Untuk siapa tidak tidur mu Bangun ketika menari masih tertidur Berlari sampai mentari sudah terlelap lagi Dan engkau masih terjaga di ujung pintu Menjaga agar tidak satupun luka menghampiri ku Untuk siapa tidak sedih mu Untuk aku yang yang mengecewakan mu Untuk aku yang tidak patuh pada mu Yang menyusahkan langkah kaki mu Untuk siapa kuat mu Untuk ku jiwa yang hanya bisa menangis Kasih dan cinta mu melekat di nadi ku Mengalir dalam darah ku Tepat berada pada detak jantung ku Ayah dan ibu Terimakasih atas dunia mu untu ku                                                                              Lamongan, 21 Juni 2020

Ibu Karunia Terbesar Tuhan Untuk Ku

Gambar
        Ibu Karunia Terbesar Tuhan Untuk Ku   Pada akar tumbuhan yang menyerap air kasih sayang Pada batang kuat yang menahan beban berat Pada dahan dan ranting yang melahirkan daun dan bunga cinta Pada daun yang memasak dengan cahaya kelembutan Pada bunga yang menyerbak harum aroma dekapan Pada putik sari yang menjatuhkan ragu Pada biji yang menjadi buah harapan Pada warna hijau yang menjadi penyegar rasa Pada warna coklat yang meredakan amarah Pada angin yang menerpa lembut tubuh tegak mu Pada angin yang membuat mu semakin kokoh Pada tanah terimakasih telah melahirkannya Pada semesta terimakasih sudah mau menerimanya Semuanya ada pada perempuan dengan tawa merdu Semuanya ada pada jiwa dan raga mu Ibu Ibu karunia terbesar Tuhan untuk ku             Biodata Narasi   Nama    : Fefi Marlinda Sari Akun Ig: @fefi_marlinda Blog     : tulisanfelisa.blogspot.com Alamat : Lamongan, Jawa Timur Status   : Pelajar Tujuan hidup    : In

Merebut Mahkota Pertiwi yang Lara

Gambar
  Merebut Mahkota Pertiwi yang Lara Nama kita harum di tanah subur ini Menembus langit menusuk bumi Dalam hidup yang mati Atau dalam mati yang berusaha hidup Berontak pada isi kepala dan manusia jahanam Mengoyak tembok yang bernafas Membunuh segumpal daging hidup yang busuk             Gugur tumbang terjerat tumbuh             Membakar panas gelora dada             Merebut mahkota pertiwi yang lara             Mengusap tangis pilu para jelata             Membungkuk tunduk patuh pada orang gila Nama kita harum di tanah surga ini Kita pangeran gagah berani yang rela mati Bebaskan mahkota pertiwi dari tikus berdasi Tersenyum sedu berkilau lagi Hidup mu yang abadi, ibu pertiwi                         Tak luntur meski tanah dan langit menghilangkan mu Harum mu akan selalu abadi             Pahlawan kata pribumi             Tanpa perang gerilya di pagi hari             Meneruskan tajam bambo runcing dalam tinta             Mengoreskan kata mengab

Negeri Sabana Di Ujung Pagi

Gambar
  Negeri Sabana Di Ujung Pagi                                                                                              Dinegeri sabana di ujung pagi Kala hewan bewarna hitam nan merah beradu suara Bangun manusia bangun , bunyinya Nun dikala terlelap menatap malam Bertemu dengan damai nan tenang             Nun tersungkur dalam pilu             Memutar waktu-waktu kelam             Berbisik             Mengadu             Bersimpuh             Meminta             Memohon             Berterimakasih Membisikkan hati nun yang bak benang kusut Mengadukan hidup nun yang tak berteman dengan damai Bersimpuh luruh pada Sang Maha Arif Meminta nan memohon ampun atas benci Benci pada Jalan-Nya Muntah dengan isi kepala nun sendiri             Benang-benang mulai terurai             Mencari ujung nan pangkal             Ditarik ujung nan pangalnya             Menciptakan benang lurus nan indah             Melahirkan damai Damai dengan jala

Di Ruang Duka Kita Abadi Bersama

Gambar
Di Ruang Duka Kita Abadi Bersama By: Tulisan Felisa Di ruang yang gelap gulita Tuan bermain-main dengan melodi Nun mengintip dengan lilin merah ditangan Di balik pintu Ikut menari-nari Berputar-putar dalam angan Sesekali Nun terjatuh sendirian Lilin-lilin berbisik pada cahaya Doremi do re mi do bunyinya Menembus sela sela udara Merayap dalam pijakan tanah yang sama Memantul di dinding kaca Hingga Tuan berbalik menatap Nun yang jingga Sorot mata Tuan laksana lentera Beradu sendu dengan Nun lalu mengulurkan tangan Mengetuk-ngetuk lantai dansa Menuang tawa juga sesekali menuangkan air mata Berbisik pelan 'kita sedang jatuh cinta' Perak merah kuning sirna Nun dibawa terbang ke angkasa Tuan hanya terdiam Semesta memang suka dengan bercanda Sukma Nun abadi di alam kedap suara Tuan dekap Nun erat sesekali sesegukan Lalu terdiam Hening Sunyi lama Detik detik memungut detak jantung Tuan yang tersisa Perlahan-lahan Nun berbalik Mengulurkan tangan d

Pulang dan Pergi

Gambar
                              Pulang dan Pergi Diatap gedung sore itu Ku dapati engkau sedang terisak Beradu mendung dengan langit sore Burung-burung sembunyi dibalik rimbunan daun Sesekali mengintip kita yang sedang membisu Isakan mu semakin deras ketika senja pulang ke peraduan malam Lalu matamu menembus dimensi lain dimataku Bertanya di sela-sela tangis mu Apakah pulang dan pergi seteguk air saja jaraknya? Atau apa pulang dan pergi tidak berjarak? Tanya mu, aku hanya bisa diam membisu Apakah yang pulang harus pergi? Apakah yang pergi tidak bisa pulang lagi? Lalu apa memang Tuhan menciptakan pulang sejalan dengan sedih? Apakah kepergian selalu diiringi dengan tangisan? Mengapa pulang dan pergi diciptakan jika membuat penderitaan? Lagi-lagi pertanyaan mu membuat perih mata ku Apa perlu kita meminta abadi untuk tidak pulang? Apakah pulang bisa menjadikan kita abadi? Burung-burung meninggalkan ranting Ikut nelangsa melihat tangis mu yang semakin menjadi-jadi Ketika

Kita sedang hidup di dunia siapa tuan?

Gambar
        Kita sedang hidup di dunia siapa tuan? Kita sedang hidup di dunia siapa tuan? Dunia mu yang penuh teka-teki Atau kita hidup di dunia ku? Yang sengaja aku biarkan kosong ini Ternyata aku lupa tuan Sejak awal tidak ada kata kita di cerita ini Hanya ada aku dan kamu, sendiri-sendiri

Ku kira duka ku akan abadi

Gambar
                      Ku kira duka ku akan abadi Ku kira duka ku akan abadi Setelah kamu pergi menghianati Jatuh bangun aku menata hati kembali Hingga suatu hari aku menyadari Ternyata tanpa mu aku masih bisa berdiri sendiri merakit mimpi

Tenang kamu tidak sendirian

Gambar
              Tenang kamu tidak sendirian Senja ku sudah pulang ke peraduan malam Namun tatapan sendu mu masih tertahan Kamu menangis dalam dekapan Lalu aku berbisik dengan sangat pelan Tenang kamu tidak sendirian

Aku Jatuh cinta pada mu sendiri

Gambar
               Aku Jatuh cinta pada mu sendiri Dibalik pohon beringin aku melihat mu bernyanyi Secara sepi dan sembunyi-sembunyi Hingga pada suatu hari Aku Jatuh cinta pada mu sendiri Tanpa kamu ketahui sampai hari ini

Aku Hanya Ingin Hidup Damai

Gambar
                  Aku Hanya Ingin Hidup Damai Aku hanya ingin hidup damai Jangan kau mainkan bunyi klakson teriakan cacian dan makian Sesak nafas ku menghirupnya Polusi yang menyumbat isi kepala Ingin mabuk saja rasanya Lagi lagi malam menghampiri Saat ayam berkokok pertama kali Saat itu aku bersujud dan mengenadah Tidak, bukan harta berlian mantra ku Aku hanya ingin hidup damai

Kita Hanya Ingin Terbang

Gambar
Kita Hanya Ingin Terbang Kita hanya ingin terbang Tidak tahu akan sampai pada dataran yang rendah Atau di tengah-tengah bumi dan langit Atau sampai terbang bersama awan Kita hanya ingin terbang Menikmati bait-bait dan semesta Tanpa kata harus Tanpa perintah Bebas Kita hanya ingin terbang

Hari Ini Aku Kehilangan

Gambar
                         Hari ini aku kehilangan Hari ini aku kehilangan Sosok yang belum pernah terekam secara langsung oleh mata ku Suara dari baitnya belum pernah terdengar langsung dari telinga ku Tapi hari ini aku kehilangan Aku hanya ingin bersedih hari ini Bagaimana bisa? tanya mu Sekali lagi hari ini aku kehilangan Sosok yang bait baitnya sampai pada mata ku yang sendu Syair-syairnya sampai pada telinga ku yang duka Sekarang sudah bukan Juni Tapi hari ini hujan turun pada bulan Juli Gemericik tangis dan terimakasih terdengar lirih Lalu sang Juni berbisik, Terimakasih sudah abadi

Teruntuk Puisi

Gambar
Teruntuk Puisi Biru yang menjelma abu-abu Kata suka yang berakhir duka udah biasa Berlari dikejar dan berhenti udah fase nya Tak luput dari salah namanya manusia Udah biasa jangan dipaksa nanti pergi Udah biasa jangan maksa pada semesta Hari yang tak bisa diulang namun bisa dikenang Selamat selamat Selamat hari lahir Selamat lahir di bulan yang sama Panjang umur puisi hidup terus pada semesta

Melati Menjelma Dalam Raga Bernama Wanita

Gambar
        Melati Menjelma Dalam Raga Bernama Wanita Karya: Fefi Marlinda Sari Tidak ada yang lebih harum dari melati Harum semerbak aroma kasih sayangnya Menyihir kumbang dijadikannya kupu-kupu Kelopaknya putih bersih menjelma hati Merekahkan cahaya menyejukkan mata Tidak ada yang lebih kokoh dari melati Kelopak mungil tidak gugur diterpa angin Tumbuh rendah melata di tanah Menunduk menyembunyikan paras rupawan Namun tegak berdiri tangkai impian Tidak ada yang lebih elok dari melati Menjelma dalam raga bernama wanita Isak tangis yang didera senyum manis yang dipamerkan Duka lara yang diterima lapang dada yang disuguhkan Penghianatan yang dikirimkan setia yang dibalaskan Pilu disulap dijadikannya kekuatan 

Terbit dan Terbenam

Gambar
Terbit dan Terbenam Karya: Fefi Marlinda Sari Terbit dan terbenam hanya sejengkal jaraknya Terbit lahir bersama diri kita Membangunkan jiwa yang terlelap Cahaya mentari menusuk impian Matahari setuju dengan mimpi mu pagi ini Pada malam yang terbenam Pulang kata mu Aku masih ingin berlari kata ku Menyambung mimpi pagi yang belum tuntas Jangan teriak sang surya Jiwa manusia bukan baja Terlelap ini perintah kata sang surya Matahari terbit dan terbenam Sejengkal saja jarakmu antara pergi dan pulang Pergi meraih mimpi Pulang ke peraduan malam Janji semesta yang nyata Mari pergi bersama sang fajar meraih mimpi Kelak dikala senja mari pulang bersama mendali

Untuk Siapa Tidak Sedih Mu

Gambar
Untuk Siapa Tidak Sedih Mu Untuk siapa tidak tidur mu Bangun ketika menari masih tertidur Berlari sampai mentari sudah terlelap lagi Dan engkau masih terjaga di ujung pintu Menjaga agar tidak satupun luka menghampiri ku Untuk siapa tidak sedih mu Untuk aku yang yang mengecewakan mu Untuk aku yang tidak patuh pada mu Yang menyusahkan langkah kaki mu Yang membuat pilu mata mu Yang membuat sesak dada mu Untuk siapa kuat mu Untuk ku yang lemah Untuk jiwa yang hanya bisa menangis Kasih mu dan cinta mu melekat di nadi ku Mengalir dalam darah ku Tepat berada pada detak jantung ku

Pada Aksara Atau Angka

Gambar
Pada Aksara Atau Angka Pada aksara atau angka Akan kamu berikan kepada siapa nafas mu Angka yang memuntahkan isis kepala Atau aksara yang menjadi tempat lari Pada aksara atau angka Akan kamu berikan kepada siapa goresan pena mu Pada angka yang menjadi tuntutan realita Atau aksara sebagai penghibur pelipur lara Pada aksara dan angka yang menjelma Satu Berjalan beriringan dengan kasih sayang Membawa terbang menuju roma impian Tidak boleh kan kita serakah Kita hanya ingin hidup di atur yang bebas Lamongan, 20 Juni 2020

Pada Yang Seharum Surga

Gambar
Pada Yang Seharum Surga Pada akar tumbuhan yang menyerap air kasih sayang Pada batang kuat yang menahan beban berat Pada dahan dan ranting yang melahirkan daun dan bunga cinta Pada daun yang memasak dengan cahaya kelembutan Pada bunga yang menyerbak harum aroma dekapan Pada putik sari yang menjatuhkan ragu Pada biji yang menjadi buah harapan Pada warna hijau yang menjadi penyegar rasa Pada warna coklat yang meredakan amarah Pada angin yang menerpa lembut tubuh tegak mu Pada angin yang membuat mu semakin kokoh Pada tanah terimakasih telah melahirkannya Pada semesta terimakasih sudah mau menerimanya Semuanya ada pada perempuan dengan tawa merdu Semuanya ada pada jiwa dan raga mu Ibu