Sirius 9. Tawa Mu Pusat Bahagia

 



9.      Tawa Mu Pusat Bahagia 

Kamu mencintai ku terlalu sempurna, bagaimana bisa kamu sehebat itu menyembunyikan perasaan mu, bahkan ketika aku menghargai perasaan mu dan mengajak mu belayar bersama kamu mengatakan tidak, kenapa kamu tidak memilih untuk mengakuinya dan bilang iya. Kenapa kamu memilih untuk melihat mu dari jauh, sedangkan dari dekat kamu mampu melakukannya. Jangan beri aku perasaan yang begitu sempurna aku takut dunia ku tidak cukup mampu menerimanya.

Perpustakaan akhir-akhir ini menjadi tempat pelariannya, belajar dan terus belajar, mencari ilmu adalah yang yang menyenangkan baginya. Sungguh menajubkan karya-karya Tuhan yang diciptakan secara ilmiah. Setumpuk buku tentang sains, matematika dan sastra didepannya, karena menurutnya sains dan sastra itu jalannya berdampingan, ilmu yang saling menyeimbangkan. Keduanya memiliki daya tarik tersendiri namun menyatu pada kasih dan sayang Tuhan.

Terkadang kalau lelah belajar matematika, Clarissa tidak jarang untuk menuangkan sajak-sajak yang tergiang-giang didalam kepalanya. Menuliskan apapun yang dia pikirkan, padahal yang dipikirkan terkadang tidak masuk akal. Namun menurutnya menulis itu benar-benar mengabadikan segala isi kepala yang tidak akan ikut mati bersama penulisnya.

 Karena menulis suara mu takkan padam ditelan angin. Akan abadi. Sampai jauh, jauh di kemudian hari. Kata-kata Pramodya Ananta Tour yang selalu di ingatnya.

Tanpa sadar tiba-tiba dia teringat dengan Galen, lelaki yang selalu membuatnya senang untuk menjadi bintang, yang membuatnya ingin selalu bercahaya, ternyata perasaan cinta bukan hanya tentang jatuh namun juga tumbuh, tumbuh menjadi lebih baik karena jatuh cinta. Mungkin kamu tidak paham membaca ini, coba baca lagi mungkin kamu setidaknya dapat merasakan bagaimana perasaan ku. Clarissa buku binder didepannya, menuliskan beberapa kalimat untuk mengenang laki-laki itu.

Tak kunjung meredup purnama malam ini

Justru bintang-bintang ikut bersinar

Bagaimana bisa mata ku berpaling?

Bahkan gerhana saja tak bisa merengut cahaya mu

Selagi mata ku masih bisa mengapai mu

Meski tangan ku tak mampu menyentuh mu

Ini sudah membuat dunia abu-abu ku tidak kelabu

 

                                                Clarissa, Tahun kedua mengenal mu

 

Tanpa di sadarinya lelaki itu memandangnya sejak tadi, karena melihatnya melamun tak kunjung untuk dia datangi, melihatnya dari jauh apa yang gadis itu lakukan. Ternyata dia tidak benar-benar melamum buktinya sekarang dia membuka buku didepannya dan menulis sambil tersenyum sendiri.

Laki-laki itu adalah Galen. Dia heran bagaimana gadis yang dilihatnya sejak tadi bisa jatuh cinta padanya. Kamu mencintai ku terlalu sempurna, bagaimana bisa kamu sehebat itu menyembunyikan perasaan mu, bahkan ketika aku menghargai perasaan mu dan mengajak mu belayar bersama kamu mengatakan tidak, kenapa kamu tidak memilih untuk mengakuinya dan bilang iya. Kenapa kamu memilih untuk melihat mu dari jauh, sedangkan dari dekat kamu mampu melakukannya. Jangan beri aku perasaan yang begitu sempurna, aku takut dunia ku tidak cukup mampu menerimanya.

Setelah melihat Clarissa berhenti menulis, lalu dia menghampiri gadis itu, melaksanakan niat awalnya menemui Clarissa. “Hay” Sapa Galen

 “Ya” Jawab larissa sambil mengerutkan keningnya

“Kamu hari minggu ada acara?”

“Sepertinya tidak” Sambil menginggat-ingat agendanya, hari minggu ini dia tidak memiliki agenda.

“Mau aku ajak ke suatu tempat?” Tanyanya ragu

“Kemana?” bukan jawaban malah pertanyaan yang dilontarkan Clarissa pada Galen.

“Kesuatu tempat, kamu pasti menyukainya”

“Kalau tidak bagaimana?”

“Aku buat kamu suka”

Sudah, tanpa kamu melakukan apapun aku sudah menyukainya, bahkan sejak pertama kali mengenalmu.

Clarissa meng-iya-kan ajakan Galen untuk berkunjung ke suatu tempat, padahal Clarissa juga tidak tahu dia akan diajak kemana, tapi dia percaya kalau tempat tujuan Galen pasti sesuatu yang menarik. “Aku jemput kamu besok jam 9” Untuk pertama kalinya Clarissa akan jalan bersama Galen. Dia mengangguk setuju dengan kata Galen.

****

Clarissa melihat pesan dari Galen, yang mengatakan bahwa Galen sebentar lagi akan sampai di rumahnya. Dia binggung alasan apa nanti uang akan diberikan pada Ibunya, tidak mungkin ibunya akan memeberi izin kalau dia jalan bersama Galen.

“Sa ada teman mu didepan”

“Iya bu” Clarissa bergegas mengambil tas nya dan keluar dari kamar. Di teras Clarissa melihat Galen dan Ibunya sedang ngobrol. Apa yang mereka bicarakan ya?

“Mau kemana memangnya?” Pertanyaan dari Ibunya yang Clarissa sendiri tidak tahu jawabnnya. Galen yang merasa berhak untuk menjawab akhirnya mengatakan tujuannya. “Ke museum Bu” Katanya membuat tanda tanya yang Clarissa pikirkan tadi malam akhirnya terjawab juga.

“Ya sudah hati-hati, dijalan jangan pulang terlalu larut”

“Baik bu, kita berangkat dulu” Sambil menyalami tangan ibu Clarissa, Clarissa mengikutinya mencium tangan ibunya, mengikuti Galen ke sepeda matic didepannya.

“Apa benar kita mau ke museum?”

“Iya, kamu gak suka?”

“Suka kok”

Di perjalanan menuju museum Galen bertanya banyak tentang Clarissa tentang impiannya, tentang kesukaannya, tentang hal-hal yang ingin Clarissa lakukan, namun Clarissa tidak bertanya apapun tentang Galen, dia memilih untuk menjawab semua pertanyaan Galen dari pada harus bertanya, takut kalau jawaban dari setiap pertanyaannya nanti bukanlah jawaban yang ingin Clarissa dengar.

Akhirya mereka sampai di museum zoologi Bogor, yaitu salah satu museum di Kota Bogor yang memiliki koleksi berkaitan dengan dunia satwa seperti berbagai spesimen yang diawetkan maupun fosil hewan. Galen mengajak Clarissa berkeliling, sambil sesekali menjelaskan tentang beberapa fosil yang tidak kebanyakan orang mengetahui hewan apa itu sebenarnya.

Clarissa selalu kagum pada laki-laki itu, setiap tempat fosil yang mereka lihat Galen tidak lupa untuk mengabadikannya didalam kamera yang tergantung di lehernya. Clarissa sangat antusias dengan apapun yang berkaitan dengan ilmu pengetahun. Bersama Galen belajar seperti ini adalah hal yang tidak pernah terbayang sebelumnya dipikiran Clarissa, gadis itu hanya ingin menyukai Galen tidak lebih untuk dibalas atau tidak itu bukan kehendaknya.

Clarissa ingin menyukai Galen seperti fosil-fosil didalam kotak kaca itu, meskipun umur mereka sudah berjuta-juta tahun namun manfaat dan ilmunya masih dapat untuk dibagikan kesemua orang, museum tempat penyimpanan kenangan terbaik dalam sejarah, akankah ceritanya dengan Galen dapat disimpan dengan baik sebaik museum menyimpan fosil-fosil ini.

“Clarissa, menurut mu manusia purba itu bagaimana kalau dalam sejarah agama Islam manusia pertama itu Nabi Adam, sedangkan dalam sains menyebutkan manusia pertama adalah picthecanthropus erectus?”

“Manusia pertama di muka bumi adalah Nabi Adam sedangkan manusia purba adalah suatu makhluk yang menyerupai manusia, yang berjalan tegak tapi tidak memiliki kecerdasan seperti manusia. Hidupnya jauh sebelum Nabi Adam diciptakan dan diturunkan ke bumi.  

“Archeolog yang menemukannya menamakan manusia purba ini sebagai manusia kera yang berjalan tegak (pithecanthropus erectus). Disebut sebagai ‘makhluk’ yang menyerupai manusia yang berjalan tegak. bisa juga di bilang Kera raksasa di zaman itu hewan2 purba bentuknya besar2 jadi bisa di bilang kera itu di anggap seperti manusia (tapi nyatanya hewan). Selain itu, Ternyata eksistensi teori Darwin bahwa manusia berasal dari kera akhirnya terbantahkan dengan teori yang dikemukakan oleh A.J Kelson yang menyatakan bahwa: Manusia Purba bukanlah Nenek Moyang Manusia, karena memang sudah ada Nabi Adam. Dan jika hal ini benar, maka teori dan pelajaran yang ada pada kurikulum IPA adalah salah. Karena ternyata nenek moyang manusia bukanlah Manusia Purba, melainkan Nabi Adam, karena pada kenyataannya manusia tidak pernah berevolusi” Penjelasan panjang sepengetahun Clarisssa tentang manusia purba.

“Kamu memang gadis yang cerdas” Puji Galen.

Setelah dari Musium Galen mengajak Clarissa ke toko buku, Galem membeli beberapa buku bacaan anak-anak, beberapa alat tulis, dan alat gambar. “Untuk apa beli semua ini kak?” Clarissa penasaran untu apa Galen membeli semua buku dan alat tulis itu.

“Untuk adik-adik ku, ayokk”

Lalu Galen berhenti pada warung makan, membeli beberapa bungkus nasi pecel. Kalau hanya untuk makan mereka berdua ini terlalu banyak. Lalu untuk apa Galen membeli nasi sebanyak ini.

“Ini juga untuk adik-adik kakak?”

“Iya”

Galen mengajak Clarissa di sebuah tanah lapang yang kosong, sesampainya disana sudah terdapat anak-anak yang usianya antara enam sampai lima belas tahunan. Setelah mengetahui siapa yang datang mereka berlari mengerumuni Galen. Galen dengan sabar mengusap puncak kepala mereka satu per satu, sambil memberikan nasi bungkus ke mereka. Saking sibuknya bahkan Galen tidak sadar Clarissa mengabadikan moment ini didalam ponselnya. Gambar dengan senyum Galen yang lembut dan tulus memendang anak-anak yang kurang mampu didepannya. Saking sibuknya mereka atas kedatangan Galen sehingga lupa kalau disana juga ada Clarissa, dengan senang hati Galen memperkenalkan Clarissa kepada mereka.

“Perkenalkan ini Kak Clarissa, temannya Kak Galen”

“Hallo, Nama ku Clarissa, panggil saja Kak Sa ya” Sapanya pada anak-anak di depan Galen, lalu mereka mendekati Clarissa, sambil menjabat tangannya dan memperkenalkan diri satu-satu.

“Nah udah kenalan kan sama Kak Clarissa, bagaimana kalau kita makan dulu” Galen sambil memberikan satu bungkus nasi kepada Clarissa. Clarissa yang kagum dengan Galen hanya mampu menatapnya.

“Kamu tidak suka ya? maaf kalau kamu tidak suka, nanti aku ajak makan di tempat lain” Galen takut kalau Clarissa tidak suka makan nasi bungkus apalagi, ditempat seperti ini.

“Aku suka kok, apalagi bersama mereka” Galen lalu membalas perkataan Clarissa dengan senyuman. Ya Tuhan ini seperti mimpi bagi ku. Terimakasih banyak atas kesempatan mengenalnya, batin Claarissa.

“Sebelum makan ayok Denis pimpin doa dulu” Tunjuk Galen pada anak laki-laki yang mungkin paling tua di antara mereka untuk memimpin doa sebelum makan.

Clarissa sering makan nasi pecel, tapi untuk kali ini nasi pecel yang dia makan rasanya sangat enak, entah rasanya yang benar-benar enak atau memang suasana hatinya yang benar-benar bagus. Clarissa tidak pernah merasakan senyaman ini sebelumnya.

Setelah acara makan nasi bungkus Galen membagikan buku bacaan anak-anak, alat tulis dan alat gambar yang sudah dibelinya tadi. Lagi-lagi Clarissa mengabadikan moment ini di ponselnya dengan objek Galen yang tersenyum sambil membagikan buku kepada mereka. Lalu Clarissa ikut membantu Galen mengajari mereka menulis, mengambar dan membaca. Galen memberikan kebebasan kepada mereka untuk berekspresi sesuka hati mereka. Karena Galen percaya mereka pasti tahu apa yang seharusnya mereka lakukan tanpa ada tekanan. Melihat mereka tersenyum itu adalah kebahagiaan sendiri buat Galen.

“Kakak pacarnya kak Galen ya?” Pertanyaan anak laki-laki yang sedang diajarinya berhitung itu, membuat pipi Clarissa menjadi panas, lalu dengan senyuman Clarissa berkata   “Tidak kakak hanya temannya”

“Karena kak Galen tidak pernah membawa teman sebelumnya”

“Mungkin teman-teman Kak Galen sibuk, jadi mereka belum sempat diajak kesini”

“Iya juga ya”

“Sudah-sudah ayok selesaikan hitungan ini”

Hampir sudah tiga jam mereka belajar, bermain dan bernyanyi bersama, ada yang menunjukkan hasil gambarnya berupa gadis dan seorang laki-laki. Lalu anak itu bilang “Ini Kak Galen dan Kak Clarissa, Gambarnya buat Kak Clarissa saja kan kak Galen jago gambar biar gambar sendiri”

Clarissa yang mendengar itu tersenyum lalu menerima gambar itu, tidak bisa dikatakan gambar yang bagus, tapi Clarissa menyukai gambar itu, gambar dari gadis kecil yang penuh semangat. Gadis itu mendekati Clarissa sambil memeluknya, Clarissa yang kaget dipeluk gadis itu hanya mampu membalas pelukannya. Pelukan gadis kecil itu hangat, sampai Clarissa merasakan ada cairan hangat yang mengalir dari matanya. “Terimakasih kak” bisik gadis kecil itu.

“Sudah ya untuk hari ini, kita bertemu minggu depan lagi”

“Baik Kak Galen” Jawab mereka serentak

“Bagaimana sebelum pulang kota foto bersama dulu, mau kan kak? Tanya Clarissa pada Galen.

“Aku tidak punya alasan untuk bilang tidak” Jawan Galen

Galen meminta tolong pada seseorang yang lewat untuk memfotokan mereka, mereka berekspresi macam-macam untuk menunjukkan bahagianya. Setelah foto bersama mereka satu persatu pulang. Clarissa ambil mengusap kepala mereka dengan penuh kasih meniru apa yang dilakukan Galen tadi, banyak diantara mereka yang berhaap Clarissa dapat datang lagi minggu depan, dengan senang hati kalau Galen mengizinkan Clarissa pasti akan ikut kesana lagi.

Setelah itu Galen mengajak Clarissa pulang karena hari sudah hampir sore, “Terimakasih ya untuk hari ini” Kata Galen.

“Seharusnya aku yang berterima kasih kepada kakak sudah mengajak ku ke tempat yang sangat menyenangkan itu”

“Mau kesana lagi?”

“Mau”

Di perjalanan Clarissa tak berhenti-berhentinya tersenyum, mensyukuri hari ini. Aku mau mengulang hari ini untuk minggu depan, bulan depan atau tahun depan. Kapan pun asal bersama mu, semua hal menjadi menyenangka.

***

Hari ini seperti mimpi baginya Clarissa tidak tahu harus menunjukkan bagaimana perasaan senangnya. Lalu dia memilih membuka buku diary hitamnya, menuliskan apa yang dirasakannya hari ini.

 

Hai tuan angin, terimakasih untuk hari ini.

 

Terimakasih atas senyumannya, nasi pecel, ilmu dan sudah memperkenlkan ku pada adik-adik seperti mereka. Waktu kamu bertanya aku ingin kesana lagi atau tidak, untuk kali ini jawaban ku iya, iya aku ingin kesana lagi, untuk minggu depan, bulan depan atau tahun depan, asal bersama mu. Semuanya menjadi menyenangkan. Bahkan aku tidak percaya kalau hari ini sudah berlalu terlalu cepat bagi ku.

 

Maaf aku tadi mengambil gambar mu secara sembunyi-sembunyi, kamu pasti tahu bagaimana aku, aku tidak akan berani untuk bilang langsung pada mu. Oh ya Tuan angin, berkat mu aku awalnya benci museum, karena museum tempat untuk menyimpan kenangan, menurut ku seharusnya museum tidak didirikan karena hanya akan membuat kita terjebak di masa lalu dan sejarah, sehebat apapun sejarah disimpan mereka tidak dapat diulangkan?

 

Tapi tuan angin untuk hari ini aku sangat setuju kalau musium itu harus ada, karena disana kita dapat melihat masa lalu, menjadikannya pelajaran untuk hari ini. Aku tadi di dalam musium berfikir nanti bagaimana kisah kita akan di kenang oleh banyak orang. Aku ingin menyimpan semua tentang mu didalam musium agar kisah ini tidak habis dimakan zaman.

                                                                                                                       

Clarissa, Hari Melihat Senyum mu sedunia              

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pada Aksara Atau Angka

Kita sedang hidup di dunia siapa tuan?

Setiap manusia punya enak dan tidak enaknya sendiri-sendiri