Sirius 8. Bali 2
8.
Bali 2
Aku tidak
bilang iya waktu itu, bukan berarti rasa ku pada mu berhenti seketika. Aku
masih sama hanya saja aku tidak cukup berani untuk memutuskan bersama.
Tidak ada yang
perlu disesali dari keputusannya kemarin, Clarissa tahu hatinya tidak ingin
bilang tidak waktu itu, namun dia hanya ingat janjinya dengan ibunya,
janjinya bahwa dia tidak akan memiliki pacar sebelum cita-cita ibunya terwujud.
Dia tidak ingin berlarut pada perasaannya itu, dia harus belajar lebih giat
lagi buat untuk persiapan olimpiade matematika.
Gazebo taman
akan selalu menjadi tempat favoritnya ketika di sekolah, selain berada di
perpustakaan, kali ini dia memilih belajar di gazebo sambil sesekali mendongak
menatap langit biru, ketika sudah lelah menatap angka, selain itu dia juga
ingin menghindari Galen, Clarissa menduga kalau dia belajar di perpustakaan nanti
pati mereka akan bertemu dengan Galen.
Soal-soal
olimpiade membuat Clarissa semakin pusing, mungkin dengan menatap langit lebih
lama akan membuatnya jauh lebih baik. Banyak imajinasi yang tergambar ketika
dia menatap langit, biru muda yang membuat dia tenang, bahkan terkadang
Clarissa ingin lari dari bumi, menurutnya bumi terlalu jahat untuk dia, dia
ingin terbang ke langit bertemu sepi.
Siang ini
membuatnya bertemu dengan langit terlalu lama, karena cuaca yang sangat
cerah, sehingga dia tidak sadar bahwa ada seseorang yang berjalan mendekatinya,
menatapnya sesekali laki-laki itu juga ikut menegakkan kepalanya keatas, ikut
menatap langit yang terkadang penuh awan terkadang juga kosong. Lalu menatap
Clarissa dengan penuh kasih.
Seolah semesta
sedang tertuju pada gadis kecil itu, gadis kecil yang lebih sering menatap
langit dengan pandangan kosong. Gadis kecil yang tidak berani menatapnya dari
jarak dekat, gadis yang benar-benar lucu.
“Kapan
lombanya?” Tanya laki-laki itu membuat Clarissa kaget, lelaki itu sekarang
sudah duduk berada di sampingnya. “Besok” Jawabnya singkat sambil merapikan
semua buku-bukunya. “Lebih baik sekarang mengistirahatkan otak, jangan dipaksa
belajar terus” Katanya sambil mejunjukkan senyum yang hanya sepintas, ya hanya
sepintas namun Clarissa dapat melihatnya.
Clarissa tidak
menanggapi ucapan Galen, dia lebih memilih untuk mengambil buku-bukunya dan
meunju kelas meninggalkan laki-laki itu sendirian di gazebo. Namun langkahnya
terhenti ketika laki-laki itu berdiri dan mengenggam tanganya.
“Ini buat kamu”
kata Galen dengan mengulurkan sebuah kotak kepada Clarissa, “Apa ini?” Tanyanya
penassaran terhadap isi kotak itu. “Buka saja nanti kamu akan tahu apa isinya”
dengan melepas genggaman pada tangan gadis kecil itu. “Karena kamu Clarissa,
kamu pasti bisa” Sambil berlalu meninggalkan Clarissa yang berdiri mematung
disana.
***
Menginggat
besok pelaksanaan lomba itu berlangsung, Pak Rahman menyarankan agar malam ini
Clarissa lebih baik beristirahat, agar besok memiliki stamina yang cukup.
Clarissa memilih untuk membuka kotak jingga yang di berikan Galen kepadanya,
kotak itu berisi bola dengan gadis kecil sedang menatap langit, ketika di klik
tombol on maka gadis itu akan berputar dan akan mengeluarkan bunyi musik
yang menenangkan. Ada surat juga di dalam kotak itu.
Hay Gadis Kecil pecinta langit.
Aku sempat kesal dengan mu kemarin, kamu tahu aku sedang tidak
bercanda waktu itu, aku serius dengan perkataan ku. Sama seperti perasaan mu
yang juga tidak bercanda, tapi aku binggung kenapa kamu bilang tidak. Gapapa
itu keputusan mu mungkin ada alasan yang kamu pertimbangkan dengan
matang-matang. Aku hargai keputusan mu.
Aku hanya ingin bilang kamu sama seperti langit, melindungi bumi
dari komet-komet yang jatuh tanpa perlu diketahui oleh bumi. Kamu pasti
berfikir kalau aku alay sekali dapat menulis seperti ini, tapi hanya dengan
surat seperti ini kamu mau mendengarkan perasaan ku yang sebenarnya.
Oh iya besok kamu lomba olimpiade matematika kan, semanagt ya anak
matematika, aku tahu pundak mu pasti sangat kokoh. Aku tahu kamu pasti bisa,
karena kamu Clarissa.
Galen
Clarissa tidak
dapat menahan air matanya, antara perasaan senang atau sedih dia sendiri
binggung. Clarissa senang Galen menulis surat ini, dia bertekat kalau dia akan
berusaha secara maksimal besok, dia tidak ingin mengecewakan banyak orang,
salah satunya Galen.
***
Hari ini
Clarissa berangkat mengikuti lomba di salah satu Universitas, peserta lomba
yang lainnnya terlihat sangat hebat-hebat. Clarissa menjadi insecure
melihat itu, aku pasti bisa karena aku Clarissa, batinnya. Kata-kata
itu tiba-tiba terbesit dipikirannya, Kalimat diakhir surat dari Galen.
Clarissa
berusaha untuk tidak insecure lagi, dia menjadi lebih yakin lagi. Mulai
mengerjakan soal yang berada di depannya satu per satu, sambil berdoa agar jawabannya
adalah pilihan yang terbaik. Dua jam sudah berlangsung, Clarissa pasrah dengan
hasilnya dia sudah berusaha semaksimal mungkin mengerahkan tenaga yang dia
bisa. Clarissa memutuskan untuk kembali ke sekolah, meskipun dia diizinkan
untuk pulang, dia ingin berterimakasih kepada Galen atas ucapan semangatnya,
sedikit banyak Galen berpengaruh padanya.
“Tiy kamu lihat kak Galen tidak hari ini?” Clarissa sudah mencari
Galen di kelasnya, di perpustakaan, gazebo, gedung teater namun tak menemukan
Galen.
“Aku tidak melihatnya seharian ini” Bahkan Tiya juga mengatakan
tidak bertemu dengan Galen.
“Apa dia tidak masuk ya hari ini?”
“Mungkin”
Apa
jangan-jangan dia sakit, tidak-tidak aku tidak boleh berpikiran buruk, lalu
kenapa dia tidak masuk hari ini. Tiya sangat
penasaran dengan keadaan Galen, dia memutuskan untuk bertemu dengan Slavia di
kelasnya dan bertanya kenapa Galen tidak masuk hari ini. Slavia teman satu
kelasnya Galen.
“Kak Slavia boleh saya bertanya sebentar?”
“Iya boleh, ada apa?”
“Kak Galennya kemana ya kak?”
“Oh Galen dia sakit hari ini jadi tidak masuk”
“Kira-kira kalau boleh tahu sakit apa ya Kak”
“Kalau itu aku juga tidak tahu juga sih dia sakit apa, ada apa
memangnya nanti aku sampaikan kalau dia sudah masuk”
“Tidak ada apa-apa kak, Cuma mau mengembalikan bukunya” Clarissa
terpaksa berbohong kepada Slavia, karena dia malu untuk berkata jujur.”
Terimakasih kak atas informasinya saya kembali ke kelas dulu kak”
Perasaan
Clarissa menjadi khawatir dengan keadaan Galen, kira-kira dia sakit apa?
***
Satu bulan
Galen tidak masuk sekolah, Galen sakit hanya itu yang mereka tahu, namun tidak
tahu sakit apa. Sehingga membuat Clarissa semakin cemas, apa yang sebenarnya
terjadi dengan Galen. Dia sakit apa memangnya? Kenapa sampai satu bulan.
Besok akan ada
pengakraban anggota OSIS, ini adalah tahun kedua bagi Clarissa, tahun kedua dia
menggenal Galen dan Galen sekarang sudah kelas 3 SMA. Artinya Clarissa sudah
tidak bisa melihat Galen dirapat-rapat OSIS lagi, tidak bisa bertemu Galen di
ruang OSIS lagi. Akankah dia kan ikut besok? Tahun terakhirnya menjadi
penggurus OSIS? Ah tidak mungkin bahkan sekarang saja dia tidak masuk sekolah,
bagaimana besok dia bisa datang, Pikir Clarissa.
Hari
keberangkatan ke Bali, Clarissa tidak semangat seperti tahun pertama dulu, padangannya
datar, tidak ikut bernyanyi bersama teman-temannya. Dia memilih duduk disamping
teman-temannya. Menatap jendela bus yang masih mengarah pada gedung sekolah,
menunggu satu dua anggota OSIS lainnya yang belum datang.
Tiba-tiba
pandangannya terarah pada laki-laki yang mengenakan jaket biru, dengan tas
ransel di punggungnya, berjalan menuju bus yang sedang dia tumpangi. Pangannya
tidak salah lihat itu Galen, benar Galen bagaimana bisa dia menggilang tanpa
kabar selama satu bulan. Tidakkah Galen tahu kalau Clarissa sangat khawatir
dengnnya.
Seluruh anggota
OSIS sudah lengkap termasuk Galen, perjalanan menuju Bali di mulai, suasana di
dalam bus menjadi semakin berisik ada yang bernyanyi, mengobrol dengan
teman-temannya, tapi Clarissa tetap memilih untuk menatap pemandangan di luar
jendela, dengan pikiran menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi dengan Galen.
Perjalanan
panjang yang mereka tempuh akhirnya sampai di pelapuhan penyebrangan menuju
Bali. Clarissa memilih untuk duduk bersama teman-temannya, tidak ingin
menikmati angin laut yang dingin seperti waktu dulu. Tiya yang binggung melihat
tingkah Clarissa dari tadi akhirnya berani untuk bertanya.
“Kamu kenapa Sa” Tanya Tiya
“Aku tidak kenapa-kenapa, kenapa memangnya?”
“Kamu jangan berbohong kepada kita Sa, kita semua ini teman mu,
yang tidak baru satu atau dua hari menggenal mu” Tanya Nimah
“Aku tidak apa-apa sungguh”
“Kami khawatir dengan mu, sejak awal perjalanan kamu diam saja” Lika
ikut berbicara.
“Terimakasih sudah perduli pada ku, tapi aku baik-baik saja kok,
aku sehat kalian jangan khawatir”
“Tapi kamu janji kalau ada apa-apa bilang sama kita ya, kita akan
selalu ada untuk mu” Kata temannya yang duduk disampingnya.
“Kalian memang sahabat-sahabat terbaik ku”
Clarissa sangat
bersyukur memiliki sahabat seperti mereka, yang selalu ada dalam suka maupun
duka. Meskipun mereka selalu membuat banyak sekali tingkah. Meskipun Clarissa
tidak memiliki saudara, namun seperti memiliki saudara saat bersama dengan
mereka.
Clarissa akan
dengan mudah cepat melupakan masalahnya ketika bersama dengan mereka, kebiasaan
yang mereka lakukan bersama setiap harinya makan bersama, tidur di kelas
bersama saat jam kosong, berlari dan berteriak menikmati setiap tetesan hujan
ketika musim penghujan setiap pulang sekolah.
Tidak ada yang
pernah mengizinkan satu orang pun menghina salah satu diantara mereka, kalaupun
itu terjadi pasti orang itu akan berhadapan dengan mereka semua. Sungguh tidak
ada yang membuatnya betah berada di sekolah itu selain sahabat-sahabatnya dan
Galen. Suatu hari nanti Clarissa pasti akan sangat merindukan mereka, saat
dimana mereka harus berpisah untuk mengejar mimpinya masing-masing.
Tidak pernah
satu haripun dia lupa merapalkan doa-doa baik untuk mereka, tidak lebih selain
hanya ingin melihat mereka sehat, dan bahagia setiap harinya itu sudah lebih
dari cukup. Mereka merupakan Maha Karya terbaik Tuhan untuk melengkapi masa
putih abu-abunya.
Kapal besar
yang di tumpanginya sudah berada di pulau Bali, mereka akan menuju di hotel
yang sama, untuk beristirahat lalu selanjutnya mengikuti serentetan acara yang
sudah dijadwalkan oleh panitia, yang merupakan mantan anggota OSIS yang
sekarang sudah lengser. Agenda yang direncakan sama seperti masa penggenalan
seperti tahun-tahun sebelumnya.
Hari pertama
dengan pembahasan peogram kerja OSIS periode itu selama satu tahun kedepan,
lalu mereka akan menikmati pantai kute sebagai pelepas penat, menikmati senja
di pulau pandawa itu adalah hal yang sangat membekas, tidak heran jika Bali
menjadi tempat yang di sukai banyak orang. Benar-benar Maha Karya Tuhan yang
sempurna yaitu senja pulang ke peraduan malam, Clarissa terasa tersihir dengan
lukisan Tuhan di depannya itu, orang-orang menikmati sore itu, tidak sedikit
yang mengabadikan moment itu dalam layar handphone mereka. Tapi menurut
Clarissa, memori penyimpanan kenangan paling super itu berada di ingatan kita
sendiri.
Clarissa
melihat Galen juga sedang menatap senja, tanpa pikir panjang Clarissa
menghampiri Galen, gadis itu sangat penasaran apa yang terjadi dengan Galen
selama satu bulan ini, sakit apa memangnya sampai harus tidak masuk sekolah
selama itu.
“Kak” Lelaki
yang merasa terpanggil itu menoleh menatap gadis kecil di desampingnya. Galen
sudah menebak apa yang akan gadis itu tanyakan padanya.
“Pasti kamu sudah tahu kalau aku sakit”
“Iya, Kak Slavia yang berkata pada ku kalau kakak sakit”
“Kamu pasti ingin bertanya aku sakit apa. Ada tumor dalam kepala ku,
waktu aku tahu ada benjolan kecil diatas kepala, dokter bilang kalau itu tumor,
lalu” Belum sempat Galen meneruskan ceritanya Clarissa sudah memotongnya lebih
dahulu.
“Astaga, kakak kenapa tidak bilang” Tiba-tiba gadis itu meneteskan
air matanya, hal ini membuat Galen kaget sekaligus senang bahwa gadis kecil itu
sangat khawatir padanya. “Kak Galen kenapa ikut ke Bali, kenapa kakak tidak
istirahat saja, kak, kakak sekarang tidak apa-apa kan?”
“Tumor itu sudah parah, dia sudah menjadi kanker stadium empat”
Galen tidak mengira kalau gadis itu akan memeluknya dan menangis
tersedu-sedu, badannya berguncang karena isak tangisnya, Galen dapat merasakan
kalau baju yang dia pakai sudah basah karena air mata gadis itu.
“Kak kakak pasti sembuh, kakak kenapa tidak bilang ke aku, kak
berjanjilah untuk selalu sehat, baik-baik saja dan selalu bahagia, jangan
pernah sakit. Ku mohon” Katanya sambil melepas pelukannya dari Galen.
“Kamu khawatir dengan ku?”
“Eh ee iya” Jawabnya jujur
“Hahaha kamu lucu sekali kalau sedang khawatir seperti itu, jadi
berani mengakui kekhawatiran mu kepada ku”
Clarissa baru
sadar kalau ternyata saking takutnya dia tanpa sengaja memeluk Galen, ah
bodohnya aku kenapa harus lepas kendali begini sih. Kan jadinya malu sendiri,
tapi perasaan cemasnya tidak dapat ditutupi seperti dia menutupi perasaanya
selama ini.
“Maaf kalau sudah membuat mu khawatir, iya selama satu bulan ini
aku sakit. Tapi bukan kanker”
“Maksut kakak apa?”
“Ada benjolan di kepala ku, setelah dibawa ke dokter ternyata itu
tumor, tumor kecil sehingga dokter menyarankan untuk segera operasi, karena
tumor itu masih sangat kecil takutnya nanti kalau dibiarkan akan semakin ganas.
Lalu setelah itu operasi, dan Ibu ku menyuruh ku untuk beristirahat total
sampai satu bulan, dan tumor itu sudah benar-benar tidak ada sekarang. Jadi
sudah jangan khawatir lagi”
“Tadi kakak bilang kanker?”
“Haha itu aku hanya bercanda, aku ingin melihat ekspresi mu kalau sedang
khawatir”
“Kakak tahu
tidak ini lelucon yang paling tidak lucu, kekanak-kanakan” Clarissa marah
dengan Galen, bisa-bisanya laki-laki itu berbohong kalau dia sakit kanker
hanya ingin melihat ke khawatiran ku. Clarissa sangat kesal sehingga tanpa
sadar kata-katanya tadi dilontarkan cukup keras, lalu dia berlari meninggalkan
Galen.
“Clarissa tunggu dulu, maaf maaf sudah membuat mu khawatir aku hanya
bercanda. Kenapa kamu marah? Jangan marah, aku minta maaf”
“Kenapa aku marah tanya kakak? Dan kakak bilang hanya bercanda,
kakak tahu tidak kalau bercandanya kakak kelewatan. Kakak kira melihat orang
cemas itu lelucon. Sudahlah”
Clarissa
bergegas berlari menuju bus mereka, Galen tidak tahu kalau Clarissa akan
semarah ini kepadanya, padahal Galen hanya ingin melihat bagaimana khawatirnya
Clarissa padanya, ternyata gadis itu sangat khawatir dengannya.
Hari kedua sama
seperti acara tahun lalu begitu juga hari ketiga sehingga tidak ada yang
menarik menurut Clarissa, selain itu dia masih sangat marah dengan Galen. Hal
ini membuat Clarissa tidak bersemangat, dia ingin segera pulang.
Seperti harapan
Clarissa hari ini mereka akan pulang meninggalkan pulau ini, mungkin
perjalanannya ke Bali kali ini tidak ada yang spesial, karena Clarissa tidak
menikmatinya. Tapi Bali akan selalu menjadi Pulau yang diharapkan untuk dapat
dikunjunginya lagi suatu saat nanti, bersama seseorang dan teman-temannya
menikmati senja dan berlarian sambil bermain pasir di bibir pantai bersama,
tidak ada salahnya berharap untuk meminta sepenggal masa depan sesuai dengan
keinginannya, sebelum semesta akan memaksanya menikmati segala kenyataan yang
akan terjadi nantinya.
Karena hampir segala apa yang diharapkan
manusia semesta tidak menyukainya sehingga diganti dengan kenyataan yang
mungkin jauh lebih baik daripada harapannya, bisa jadi sama, bisa jadi jauh
lebih meyakitkan. Karena cara kerja semesta tidak akan ada yang tahu. Semesta
selalu punya caranya tersendiri.
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih sudah membaca tulisan jelek saya, Salam sayang