Kartini Hidup Pada Setiap Wanita Yang Mampu Menata Hati Dan Mimpinya

                        
   


Sa dan Sam
Kartini Hidup Pada Setiap Wanita Yang Mampu Menata Hati Dan Mimpinya


     Semester kedua aku menjadi mahasiswa, rasanya masih tidak percaya kalau waktu berjalan begitu cepat sekali. Ternyata kuliah tidak seperti bayangan ku waktu SMA yang menyenangkan, bisa bebas jauh dari orang tua, belajar mandiri dan segala hal-hal yang baru. Ternyata omong kosong kalau hal-hal itu semua menyenangkan.
Susah ternyata harus beradaptasi dengan segala hal yang baru, dunia baru, teman-teman baru, suasana baru dan semua itu harus dilakukan sendirian. Tanpa orang tua, apalagi ditambah dengan tugas yang kian hari kian menggila, tidak ada jeda. Kita tidak di izinkan untuk beristirahat, mungkin memberi kita waktu untuk mengistirahatkan diri adalah sebuah dosa.
     Namun ada satu hal yang membuat ku betah di tanah rantau, seseorang yang jalan pikirannya sama dengan ku. Aku berkenalan dengan dia di awal semester pertama. Saling bercerita, belajar bersama, berangkat ke kampus bersama dan intinya kita melakukan hal-hal yang susah bersama-sama. Karena jujur saya takut menjalani semuanya sendirian saya butuh teman, rasa mengantungkan diri pada orang lain ini lah sebenarnya penyakit yang paling berbahaya.
     Dia Adithama Samudra, aku memanggilnya dengan sebutan Sam. Dia baik sangat baik malah menurut ku. Karena seiring dengan berjalannya waktu, kita sama-sama kenal kepribadian satu sama lain, tidak ada hari yang tidak kita habiskan bersama, dan tidak dapat dipungkiri bahwa saya sudah mulai nyaman dengan dia, ternyata selain mengantungkan diri pada orang lain nyaman juga salah satu penyakit yang tidak kalah jauh berbahayanya.
     Nama ku Danita Clarissa, kata Ibu nama ini memiliki arti Dewi kecantikan yang pandai. Hanya sebuah arti nama aku tidak terlalu perduli dengan arti nama ku, apa gunanya meemiliki nama yang artinya baik namun justru kita menjadi kepribadian yang berkebalikan dengan nama itu. Sudah jangan membahas arti nama ku yang tidak penting. Nanti aku tidak akan sampai pada tujuan ku, karena terlalu banyak membahas hal yang tidak berguna.
*****
     Hari ini seperti hari-hari biasanya agenda yang tidak pernah berubah apalagi selain datang ke kampus, jadwal hari ini harus membuat aku tidak boleh bersantai karena ada kuliah pagi, hal yang paling menyebalkan mirip SMA aja kalau begitu. Harus berangat jam 07.00 bedanya hanya kali ini tidak memakai seragam, yang katanya seragam kenangan yang tak terlupakan, putih abu-abu. Seperti hari-hari biasa Sam akan menjemput ku dan kita akan berangkat ke kampus bersama.
Dreettt drretttt dretttt (bunyi notifikasi dari alat canggih yang mematikan ditangan ku), aku membuka aplikasi hijau yang menandakan ada pesann baru. 
Sam: Aku sudah berada dibawah, cepat turun.
Aku: Ok
Sam: 😊😊😊😊😊😊😊😊😊
Aku : (
Kebiasaan buruknya tidak pernah bilang kalau mau otw, tiba-tiba saja sudah berada di depan kos ku, hal ini yang sering membuat aku jengkel dengan dia.
Perkuliahan hari ini berjalan sepeti hari-hari biasa tidak ada yang spesial, hanya saja menurut ku ilmu adalah harta yang paling keren yang telah semesta ciptakan untuk manusia, aku selalu berantusias mendengarkan apa saja yang disampaikan dosen.  Jujur saja aku sebenarnya tidak sepenuhnya paham apa yang dijelaskan. Karena aku masih berpegang teguh bahwa guru adalah orang tua yang kedua maka aku tidak ingin mengecewakannya. Kasihan beliau sudah menyampaikan ilmu namun kita malah tidak menghargainya. 
Waktu menang diciptakan selalu berjalan lebih cepat daripada kita. Tidak terasa sudah sore saja, seharian dikampus sampai tidak menyadari bahwa hari ini hampir berlalu.
“Sa pulang yuk, sudah sore”
“Yaudah ayok, kita ada rapat kan nanti malam?”
“Iya padahal aku butuh istirahat”
“Ah payah kamu, masak kuliah gini aja capek”
“Pikiran Sa, pikiran kita butuh jeda kasihan kalau harus disuruh bekerja terus”
“Terserah”
“Sa, ikut aku yuk, kita pulang bersama matahari”
“Jangan bercanda”
“Aku serius Sa, kapan aku pernah bercanda ayokk”
Sore itu Sam mengajak ku ke atap gedung, aku belum pernah kesini sebelumnya. Buat apa mengunjungi atap gedung sedangkan ada banyak tugas yang perlu di selesaikan.
“Ngapain kita ke sini Sam?”
“Pulang Sa, pulang bersama matahari”
“Aku tidak mengerti, aku balik saja deh”
“Duduk Sa” Sambil menarik tangan ku untuk duduk di gazebo yang niat dibangun di atap ini.
“Lihat Sa, mataharinya akan pulang”
“Senja maksut mu?”
“Kepergian yang paling indah yang dunia ini ciptakan adalah senja”
“Kepergian mana ada indahnya Sam?”
“Tapi kepergian tidak selamanya buruk Sa”
“Sejenak kita pulangkan pikiran kita dulu Sa, kasihan kalau seharian dibuat bekerja”
“iya”
“Sa”
“Apa?”
“Menjadi tempat pulang ku mau?”
“Aku menjadi senja begitu?”
“Kalau kamu mau?”
“Kalau kamu membuat aku yakin, kenapa tidak”
“Jadi rumah ya Sa, mari berjalan bersama”
*******
     Setelah menatap senja pulang ke peraduan malam, malam ini aku ada Sam melanjutkan hari ini dengan menjadi panitia perayaan salah satu kegiatan kampus yang kita ikuti. Karena menurut ku bisa dalam hal akademik saja itu juga tidak baik. Kita perlu untuk memiliki bekal bersosialisasi dengan orang lain. Kami sama-sama sibuk mengurus persiapan untuk acara ini, dan berkat kerja keras semua pihak acara ini berjalan degan lancar.
“Alhamdulillah ya Sa acaranya berjalan lancar”
“Iya, Alhamdulillah. Aku tadi beneran takut saat membawakan acara, ternyata lama-lama nyaman juga di atas panggung”
“Itu memang bakat mu Sa jadi pembawa acara?”
“Oooo maksut mu bakat banyak bicara?”
“Bukan aku yang bilang, kamu sendiri yang bilang gitu”
“Tapi maksut mu gitukan?”
“Cewek selalu benar Sa”
“Nggak, kalau salah ya tetep salah”
Tidak terasa ternyata waktu sudah menunjukkan dini hari, rasanya melelahkan sekaligus menyenangkan. Meyenangkan, iya, mungkin yang membuat lebih menyenangkan lagi adalah aku bersama Sam. Membuat hal-hal yang menyenangkan bersama, meraih mimpi-mimpi bersama, Sam, terlalu menyenangkan kalau menceritakan tentang dia.
*****
Akhir pekan, waktu yang sangat ku tunggu setiap harinya. Waktu yang diciptakan memang untuk mengistirahatkan pikiran yang dipaksa memikirkan dunia yang fana. Hari ini aku tidak ada kegiatan berencana untuk berdiam diri di kos sambil kencan dengan novel-novel yang ku beli kemarin dengan Sam.
Dreetttt drettt drettt (bunyi notifikasi smartphone di sampingku). Ku lihat ada notifikasi pesan baru, dari nomor yang tidak ku kenal. Degan rasa penasaran buka aplikasi favorit yang selalu ku buka setiap harinya.
085XXXXXXXXX :Assalamualaikum mbak
Aku : Waalaikumsalam , ini siapa ya?
085XXXXXXXXX : Kita kenalan nanti ya mbak, mbak ada waktu kosong hari ini saya ingin berbicara serius dengan mbak
Aku : Iya saya tidak ada kegiatan hari ini
085XXXXXXXXX : Kita ketemuan di caffe dekat kampus ya mbak
Aku : Iya
Aku menyetujui ketemuan dengan entah siapa dia, aku juga kitak kenal. Namun karena aku penasaran apa yang ingin dia katakana kepadaku. Aku bergegas siap-siap mendatangi caffe yang sudah kita tentukan tadi.
*****
Kulihat dipojok caffe terdapat seorang perempuan sambil melambaikan tanggannya kepada ku seolah memang dia telah saat menunggu kedatangn ku. Ku hampiri perempuan itu dan tanpa diperintah aku ikut duduk di meja yang telah dia pesan. Aku sangat penasaran dengan apa yang ingin dia katakana pada ku tanpa basa-basi aku langsung bertanya apa masksut dan tujuan wanita yang tak kukenali sebelumnya mengajak ku bertemu.
“Ada apa?” Tanya ku dengan nada kasar
“Mbak kenal Sam?”
“Iya kenal” Jawab ku singkat, kenapa dia bertanya tentang Sam aku jadi semakin penasaran.
“Mbak seberapa kenal dengan Sam?”
“Seperti saya mengenal diri saya sendiri”
“Mbak jangan terlalu percaya, dia bukan orang sebaik itu mbak”
“Tapi aku sudah percaya dengan dia”
Terserah mbak mau percaya dengan saya atau tidak saya hanya ingin menyampaikan apa yang sebenarnya tentang Sam. Semoga mbak percaya dengan perkataan saya. Semoga suatu hari mbak tau kebenaran tentang Sam.
******
Setelah hari dimana aku bertemu dengan wanita itu, sifat ku ke Sam mulai sedikit berubah. Tidak tahu kenapa aku merasa apa yang dikatan wanita itu ada benarnya. Aku harus tapi aku tidak boleh menuduh Sam sembarangan.
Hari ini Sam mengajak ku jalan ke taman kota, mumpung malam minggu. Sambil menikmati suasana kota rantau yang belum benar-benar kita kenal setiap sudutnya. Sebelum mengunjungi taman aku mengajak Sam untuk mendatangi took buku terlebih dahulu. Membeli beberapa buku yang ku anggap perlu untuk panduan materi dan beberapa novel yang baru saja terbit.
Mungkin daripada aku selalu menyimpan ragu dengan Sam lebih baik aku menanyakannya langsung dengannya.
“Sam, kamu punya pacar?”
“Punya, ini disamping ku”
“Jangan bercanda Sam, Sam aku paling benci dibohongi”
“Tidak aku tidak pernah berbohong pada mu”
“Aku masih percaya pada mu”
Malam ini ku habiskan waktu bersama Sam, menceritakan hal-hal yang bener-bener tidak bermanfaat sampai membahas materi-materi perkuiahan.
*****

Hari ini wanita itu mengajak ku bertemu lagi, aku engan melanggati keingginannya. Tapi ada sisi di diriku yang mengiyakan tentang semua apa yang dikatakan wanita itu tentang Sam. Dengan berat hati aku menyetujui untuk bertemu dengannnya.
“Apa yang ingin kamu katakana tentang Sam pada ku” Kata ku langsung pada tujuannya aku sedang tidak suka untuk berbasa-basi
“Aku ingin menunjukkan bukti bahwa Sam tidak hanya menjadikan mu rumah” Katanya sambil menyerahkan beberapa lembar foto Sam bersama wanita
“Itu foto minggu lalu, ada tanggal yang tertera disana” Aku melihat tanggal yang tertera dipojok bawah foto itu dan benar foto itu diambil satu minggu yang lalu
“Kenapa? Kenapa kamu tunjukkan foto ini pada ku? Siapa kamu?”
“Aku sama dengan mu, aku pernah begitu sangat percayanya dengan Sam. Hingga aku tau kalau aku sedang di khianati. Aku tidak ingin ini terjadi pada mu”
“Kenapa kamu perduli dengan ku”
“Karena aku tau di hianati itu sangat menyakitkan. Aku hampir saja gila ketika tau dia telah menghianati ku, karena aku telah menggantungkan seluruh perasaan ku padanya”
     Aku masih tidak percaya dengan apa yang wanita ini katakana, tapi bukti-bukti ini nyata aku ingin sekali menutup telinga pura-pura tidak mendengar apa yang dikatakan wanita ini. Tapi semesta menampar ku, bahwa ini nyata Sam tidak sebaik yang sebenarnya.
******
Hari ini aku putuskan bertemu dengan Sam di taman kota. Semalaman aku tidak menangis, iya tidak menangis ini lebih menyakitkanan menyesakkan dada, aku pendam dulu semuanya. Jangan-jangan menjadi lemah kamu wanita, wanita itu kuat.
Ditaman kota.
“Ada apa Sa, kenapa kamu pucat sekali?”
“Cukup Sam tidak usah sok baik lagi pada ku”
“Kamu ini kenapa sih Sa?”
“Aku sudah tau semuanya tentang kamu” Kata ku sambil menyerahkan foto yang ku terima dari wanita itu.
“Apa, apa ini, foto ini tidak benar” Katanya dengan sedikit terbata-bata
“Apalagi yang ingin kamu tutupi dari aku? Sudah jelas-jelas disitu kamu bersama wanita lain Sam”
Hening
Kenapa Sam tidak membenarkan dirinya lagi, jadi benar adanya semua yang ada difoto itu.
“Kenapa Sam kenapa harus aku? Kenapa kamu menghianati ku? Kenapa kamu berbohong Sam?”
Haning lagi-lagi hening tidak ada pembelaan dari Sam
“Sudah Sam cukup, bagaimana bisa kamu mematikan cerita ini padahal dimulai saja belum”
****
Setelah bertemu dengan Sam ditaman kota, aku langsung memutuskan untuk pulang. Cepat-cepat berlari ke dalam kamar, sesak, sesak sekali rasanya. Kacau kenapa dunia ku berasa sekacau ini, bohong jika aku baik-baik saja. Tiba-tiba saja basah mata ku, tidak kali ini tidak aku bendung lagi. Kurelakan air mata ini menetes adakalanya kita tidak perlu berbohong pada diri sendiri, bukankah karena sedih memang diciptakan oleh semesta. Tidak adil rasanya kalau senang yang selalu dirayakan sedih juga bagian dalam hidup kita.
Ku buka buku diary ku, menuliskan beberapa kalimat sambil meneteskan air mata, merayakan kesedihan yang sebenarnya diciptakan karena harapan sendiri yang tinggi. 
Ga tau mau kecewa, kecewa sama siapa. Mau kesal, kesal ke siapa mau menyalahkan toh juga ga ada yang salah mungkin waktunya yang tidak tepat atau mungkin masalahnya yang jadi tembok penghadang. pada kasih yang tak terungkap, malam ternyata hari sudah gelap senja kita sudah lama menghilang . Tapi kenapa masih di pelupuk mata cahayanya. Tiba-tiba saja basah mata ku tidak bukan karena kepergian mu tapi sebal kenapa harus begini kenapa tidak sedari awal sebelum pena ku menuliskan nama mu terlalu banyak di lembar cerita. Kenapa ketika kamu mulai menjadi tokoh utama kamu matikan cerita ini lalu bagaimana dengan pembacanya? bagaimana dengan penulisnya? kamu ga kasihan? Aku bingung cerita ini mau ditulis bagaimana kalau tiba-tiba ending begini, ini bukan kisah yang ku mau tapi gapapa ga semua harus sesuai keinginan kita. Karena ada atau tidak ada kamu semesta tetap berjalan malam tetap berganti pagi aku harus tetap berlari, meski tujuan ku bukan kamu lagi tapi harapan dan mimpi ku masih tetap sama.

Bumi, Merayakan patah hati

Setelah meluapkan segala sesak ku pada buku hitam ini, aku putuskan untuk memejamkan mata. Mengistirahatkan pikiran dan hati yang sedang berantakan, tapi mata tidak setuju dengan pikiran saya. Semakin larut semakin sunyi semakin berisik isi kepala ini, bagaimana aku bisa berjalan melewati kehidupan di tanah rantau ini tanpa Sam, bagaimana aku bisa menjalanninya sendirian. Bagaimana Sam? Bagaimana aku pusing tanpa mu?
Ternyata benar mengantungkan diri pada orang lain adalah penyakit yang paling berbahaya. Sam aku sudah terlalu nyaman berjalan dengan mu, bagaimana semestaku nanti tanpa mu, perasaan nyaman ini Sam yang membunuh ku, kenapa kamu tega? Aku takut sendirian Sam. Aku benci sendirian.
*****
Ku buka mata ku, ternyata hari sudah pagi. Mungkin setelah lelah nangis semalaman aku terlelap dengan sendirinya. Aku beranjak dari kasur berjalan menuju cermin. Siapa itu yang berada didalam cermin buruk sekali dia dengan mata yang sembab dan senyum yang hilang layaknya seorang zombie.
Tidak, aku tidak boleh berhenti aku harus melanjutkan mimpi ku aku berani, aku wanita bukankah Kartini yang sebenarnya ada pada setiap wanita yang berani menata hati dan mimpi-mimpinya sendiri
Aku putuskan untuk tidak berlarut dalam sendu ini, bagaimana pun semesta ku tidak akan berhenti hanya gara-gara Sam yang pergi. Mungkin samudra boleh surut tapi semesta tidak hanya berisi tentang samudra sajakan.
*******
Salah satu upaya untuk melupakan yang paling ampuh adalah menyibukkan diri. Aku mulai menulis beberapa kisah setiap harinya, menyenangkan rasanya hidup didalam imajinasi sendiri. Meski tidak jarang malah membuat kita terjebak ke dalamnya, membuat kita menerka-nerka bagaimana ending cerita ini nanti. Meski kita yang paham betul apa yang akan terjadi pada kisah selanjutnya.
Selain membuat cerita-cerita yang berasal dari imajinasi saya sendiri, saya juga mewarnai beberapa kanvas. Melukis tidak kalah menyenangkan dengan menulis disana saya menemukan diri saya sendiri. Perasaan nyaman dengan diri sendiri. Menjadi bebas tanpa ada tuntutan lukisan saya harus bagus. 
Tapi saya juga tidak melupakan tujuan utama saya yaitu kuliah, meski sudah tidak dengan Sam. Aku tetap menjadi mahasiswa yang suka mendengarkan materi dari dosen. Mengerjakan tugas-tugas tepat waktu, selain itu aku juga masih aktif ikut berorganisasi. Kuliah, rapat, menulis, melukis dan membaca novel-novel adalah semesta saya hanya itu.
******
Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat sekarang aku sudah menjadi salah satu karyawan staf keuangan di perusahaan terbesar di ibu kota, selain menekuni pekerjaan saya ini saya juga sudah menerbitkan beberapa buku hasil imajinasi saya, yang terkadang membuat saya lebih memilih ingin hidup di dunia imajinasi saya sendiri daripada di dunia nyata.
Saya juga menciptakan “perpustakaan senyum” yaitu salah satu perpustakaan yang saya dirikan khusus untuk anak-anak jalanan yang tidak mampu untuk pergi kesekolah. Disana saya di bantu oleh beberapa teman saya untuk mengajari anak-anak yang malang ini membaca, menulis dan melukis. Di dinding perpustakaan saya hiasi dengan lukisan hasil karya sendiri. Sisanya lukisan yang saya buat ketika ada waktu luang ini saya jual, dan uangnya saya belikan buku untuk mengisi rak-rak buku di perpustakaan ini. Supaya anak-anak ini semakin betah untuk membaca.
*****
Hari ini aku akan melakukan transaksi jual beli lukisan, anehnya si pembeli ingin saya sendiri yang mengirinkan lukisannya ke salah satu caffe. Gapapa itung-itung mencari udara segar. Sesampainya di caffe yang telah kami sepakati aku mengedarkan padangan ku ke seluruh penjuru caffe, mencari siapa pembeli lukisan jelek ku ini.
“Sa” Sapa seseorang yang suaranya masih ku hafal betul dia siapa. 
Aku hanya menatap sosok itu, tidak ada yang berubah dari dia tetap sama seperti terakhir kali kulihat di taman kota.
“Duduk dulu Sa”
Aku kemudian ikut duduk di depan kursi yang telah dia duduki
“Jangan melamun Sa, aku tahu kamu kaget kenapa aku tiba-tiba berada disini” katanya
“Aku si pembeli lukisan mu itu Sa”
“Ha?” Kalimat macam apa ini yang terlontar dari mulut ku
“Aku sudah mendegar semua kisah tentang mu, tentang buku-buku mu yang hampir ada di setiap took buku, tentang lukisan-lukisan mu yang sampai manca negara, tentang kamu yang menjadi salah satu staf keuangan di perusahaan terbesar, dan tentang Perpustakaan yang kamu bangun untuk anak-anak jalanan Sa”
“Maaf Sa”
“Untuk apa?”
“Untuk semuanya, maaf sudah pernah menyakiti mu”
“Aku sudah memafaatkan mu”
“Terimakasih Sa, terimakasih sudah pernah ada dalam cerita ku, aku menyesal Sa pernah melepaskan mu”
“Sudahlah Sam semuanya sudah berlalu, semuanya sudah berakhir kisah Sam dan Sa sejak pertama kali aku menuliskan cerita ini dalam buku ku”
“Bisakah kita kembali seperti dulu Sa?”
“Maaf Sam, jawabannya tidak. Kamu baik tapi aku merasa lebih baik tanpa kamu”
“Gapapa Sa kalau itu keputusan mu”
“Terimakasih Sam, Kamu sudah mengajari ku artinya melepaskan untuk mengikhlaskan. Mengajari ku bahwa semua yang ada di semesta ini dapat pergi atau hilang kapan saja. Dan sudah membuat aku sadar bahwa kehilangan adalah hakikat kehidupan Sam”
“Kamu tetap tidak berubah Sa, wanita yang kuat”
“Terimakasih ini semua juga berkat mu, aku berani melangkah sendiri menata patah hati dan memperbaikinya sendiri. Berani meraih mimpi-mimpi ku  sendiri, mungkin kalau waktu itu aku tidak patah hati buku-buku ku ini tidak akan sampai ke semesta Sam”
“Sa, kamu wanita, kamu kuat jadi wanita itu kuat Sa”
Setelah bertemu dengan Sam di caffe, ada salah satu beban yang terasa terangkat, lega. Ternyata semua sudah berlalu aku dan kami putuskan untuk tetap berteman, meski semua tidak bisa seperti dulu. 
     Terkadang kita perlu dipatahkan, ditinggalkan, dibuat sendirian ya benar-benar sendiri agar kita punya waktu untuk diri kita sendiri. Untuk memahami apa yang diri kita sendiri, lalu berjalan lagi sambil menghapus sisa-sisa air, mata merakit lagi benang-benang kusut agar menjadi kain sutra yang indah. Menjadi diri kita sendiri adalah hal yang paling baik di semesta ini. 

Dari Clarissa:
Percayalah Kartini hidup pada setiap wanita yang berani menata hati dan mimpinya sendiri. Menjadikan patah hati sebagai obat untuk dia menjadi lebih dari sebelumnya, menjadi lebih hebat dan lebih berani menggapai mimpinya sendiri. 

Salam sayang

Lamongan, 21 Mei 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pada Aksara Atau Angka

Kita sedang hidup di dunia siapa tuan?

Setiap manusia punya enak dan tidak enaknya sendiri-sendiri