Gagak di Ujung Rembulan



Gagak di Ujung Rembulan

Karya: Felisa

“Kenalin nama ku Anoichtiri“ Sapa pemuda yang berdiri didepan ku sambil mengulurkan tangan, namun aku hanya berdiam nenatap lelaki yang ada di depan ku ini.
“Haloooo hay, kamu kenpa?” Tanya pemuda ini
“Kamu sakit?” Tanyanya lagi karena melihat aku hanya berdiam.
“Ehhh tidak kak, aku baik-baik saja” Jawab ku.
“Baik-baik saja?, Aku lihat kamu melamun dari tadi” Kata dia
“Maaf kak“ Pinta ku karena merasa bersalah.
“Iya tidak apa-apa, santai tidak usah takut aku tidak segalak mereka kok” Kata dia sambil tersenyum tulus
“Nama mu siapa kalau boleh tau?” Tanyanya lagi
“Nama saya Aurora Amanda kak, panggil saja Manda“,  jawab ku
“Yudah ya kakak gabung sama teman-teman dulu tidak enak soalnya masak ospek malah ngajak ngobrol kamu”
“Iya kak” Jawab ku singkat
“Jangan suka melamum lagi” Nasehatnya sebelum dia benar-benar pergi
Sejak saat pertama kali dia memperkenalkan dirinya sebagai Anochtiri sejak saat itu aku merasa  dia berbeda dari yang lain.  Ada sosok dibalik dirinya yang bisa membuatku  selalu tersenyum hanya dengan menginggat namanya. Bagaimana bisa kita sedang hidup diabad serba canggih dan namanya seklasik itu. (Suatu hari nanti kita akan bercerita lebih panjang tentang dia dan dan segala pelajarannya)
*****
        Setelah melewati masa-masa orientasi akhirnya aku resmi menjadi mahasiswa. Menyenangkan perjalanan menjadi sampai saat ini, tidak terasa sudah satu semester berlalu aku menjadi seorang mahasiswa, aku tidak mau menjadi mahasiswa kupu-kupu akhirnya aku ikut beberapa organisasi yang membuat ku dapat menyibukkan diri.

        Tidak terasa juga sudah satu semester ini aku menjalani berbagai macam kegiatan bersama Kak Anoc , tapi meski dia lebih tua dari ku aku sering memanggilnya dengan sebutan nama.  Lebih akrab daripada memakai embel-embel kak di depannya. Kita beda Fakultas tapi hal ini tidak membuat kita tidak punya waktu bersama.

        Hari ini aku berencana ingin pergi ke pantai bersama dia, ingin menikmati suasana yang lebih tenang kasihan kalau isi kepala selalu dipaksa untuk bekerja keras, memang manusia selalu saja menuntut isi kepalanya sendiri untuk melakukan hal-hal yang sempurna.
“Sudah siap ke pantai Tuan Putri?”
“Haha apasih alay, udah ayok berangkat”
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh disinilah kita berada di bibir pantai dengan ombak kecil yang malu-malu melewati kaki kami, pantai kali ini sepi hampir bisa dihitung dengan jari pengunjungnya.
“Anoc pantai itu indah ya “
“Iya, tapi tidak seindah senyum orang-orang yang kita sayangi”
“Aku ingin memiliki rumah dipantai, menikmati angin yang sejuk meniup setiap saja, menikmati senja yang perlahan menghilang, bermain pasir sepanjang waktu, mengajar anak-anak desa, menceritakan kepada mereka kisah-kisah kehidupan, menceritakan tentang bidadari-bidadari surga, tentang planet saturnus, tentang bintang risius, tetang bulan , tentang planet bumi dan tentang hidup serta kehidupan setelah hidup. Menghirup udara pantai yang harum sambil bersyukur kalau aku sudah pernah dilahirkan di bumi dengan penuh kasih sayang”
“Mimpi yang sempurna, diwujudkan kejar mimpi-mimpi mu jangan hanya jadi angan-angan” katanya sambil menatap senja dilangit jingga.
“Temani aku ya” Pinta ku,
“Selalu” Jawabnya degan penuh keyakinan.
“Ternyata planet biru seindah ini ya, kita saja yang selalu terjebak didalam dunia angka-angka”

       Sore ini berasa sangat panjang, di ujung bibir pantai aku berdiri dengan angin yang meniup lembut ujung jilbab ku hingga melambai-lambai sambil menikmati laut biru yang jernih aku mengucapkan beberapa mantra-mantra harapan disini. Perlahan aku merasakan ada yang menetes dari hidung ku apa ini bahkan selama sembilan belas tahun ini aku belum pernah merasakan ini kenapa sekarang aku mimisan iya mimisan. Saat aku berjalan menuju toilet Anoc melihat ku yang memegangi hidung berlumuran darah dia terlihat sangat panik.
“Manda kamu kenapa , kok sampai bisa mimisan”
“Manda kamu baik-baik saja kan?”
“Manda kamu sehat kan?”
“Manda”
Aku ingin tertawa melihatnya panik begitu lucu sekali. Tapi aku sendiri juga panik melihat darah yang mengalir dari hidung ku sangat banyak.
“Gapapa aku sehat kok, jangan panik ini hanya mimisan”
“Kamu mungkin capek, yaudah kalau mimisannya udah berhenti kita pulang ya”
“Yahh kok pulang sih padahal aku betah disini lho”
“Kita pulang dulu lain waktu kita kesini lagi, kamu harus istirahat sekarang”
“Iya-iya bawel banget”

      Setelah aku selesai membersihkan darah yang keluar di hidung ku , Anoc mengajak pulang, diperjalanan hanya hening yang menghampiri, aku tidak tau apa yang ada dipikiran Anoc. Namun isi kepala ku berisi kejadian tadi kenapa sampai bisa aku mimisan. Daya tahan tubuh ku memang tidak kuat tapi aku tidak pernah mimisan meski saat sakit sekalipun. Kenapa perasaan ku tiba-tiba tidak enak, apa yang terjadi? Memang ya isi kepala manusia mudah sekali untuk di isi dengan hal-hal yang buruk dan menakutkan daripada hal-hal yang menyenangkan. Ahhhh manusia dengan segala isi kepalanya selalu saja tidak bisa ditebak.
“Udah sampai Tuan Putri, kamu habis ini langsung istirahat jangan kemana-mana”
“Iya bawel amat sih, udah pulang sana”
“Aku di usir ini ceritanya?”
“Iya lah”
“Kamu tuh ya, cuek dipelihara”
“Bodoamat”
“Yaudah aku pulang dulu”

      Setelah dia pergi aku masuk kedalam rumah , aku melihat Ibu sedang menonton televisi . Setelah berbasa-basi dengan Ibu mengenai Anoc, pantai dan hal-hal yang tidak penting lainnya aku bergegas ke kamar aku duduk di kursi belajar. Disinilah aku sekarang di depan meja belajar dan di temani bunga matahari di meja belajar ku. Saat aku membuka buku catatan, saat itulah aku merasakan lagi ada yang menetes dari hidung ku. Kenapa aku mimisan lagi, aku bergegas menuju kamar mandi dan membersihkan darah yang mengalir dari hidung ku. Kenapa? Kenapa aku mimisan lagi tidak biasanya ini terjadi , mungkin benar kata Anoc kalau aku sedang capek. Aku putuskan setelah ini untuk beristirahat daripada pikiran buruk ku selalu menghampiri.
****
           Pagi ini aku bangun dengan tubuh yang lemas entahlah aku juga tidak tau apa yang terjadi, saat aku berjalan menuju kamar mandi aku merasakan ada yang mengalir lagi dari hidung ku kenapa aku sekarang jadi sering mimisan. Seusai mandi aku ke ruang makan kalau tidak ibu pasti sudah mengetuk pintu kamar ku dan menyuruh ku sarapan dengan seribu nasehat soal pentingnya makan.
“Pagi Bu”
“Pagi sayang , lho kamu kenapa? Kamu terlihat pucat?”
“Amanda baik kok bu, mungkin sedikit kurang vitamin”
“Yaudah makan dulu habis ini ibu siapkan obat”
Sebelum membalas perkataan ibu aku merasakan perlahan gelap pandangan ku dan aku sudah tidak bisa mengingat lagi apa yang terjadi.
*****
         Pelan-pelan aku membuka mata ku, kenapa kepala ku pusing sekali? Dimana aku, ini seperti bukan kamar ku dan kenapa ibu menangis.
“Amanda kamu udah sadar sayang?”
“Bu aku dimana?”
“Kita di rumah sakit sayang”
“Bu aku kenapa?
“Kamu baik-baik saja akan selalu baik-baik saja selagi Ibu ada disini untuk mu, bilang kamu ingin apa? Ibu akan carikan sekarang”
“Bu, Ibu kenapa?, aku sakit apa Bu?”
Bukan menjawab pertanyaan ku Ibu malah menangis sesegukan sambil memegang erat tangan ku dan menciuminya.
“Kamu sehat kamu ga boleh pergi kamu harus hidup, kalau bisa Ibu saja yang menukarnya. Apa yang sakit sayang?”
“Ibu,”
“Kamu harta Ibu paling berharga, bagaimana bisa Ibu hidup tanpa dirimu”
“Ibu, aku menyayangi mu”
Aku tau bahwa aku tidak baik-baik saja tidak sengaja tadi aku mendengar percakapan Dokter dengan Ibu ku bahwa aku terkena kardiovaskular, yaitu salah satu penyakit kronis yang menjadi penyebab kematian nomor satu didunia dan mungkin ini cara Tuhan menunjukkan sayangnya kepada ku.
******
            Hari ini Anoc mendatangi rumah ku karena sudah seminggu aku di Rumah sakit dan juga tidak membalas pesan Anoc yang dikirim setiap saat menanyakan kenapa aku tidak ke kampus.
“Mbak Amanda nya kemana sudah satu minggu ini dia tidak berangkat ke kampus dia juga tidak bisa saya hubungi”
“Lho Mas Anoc belum tau mbak Amandanya di Rumah Sakit mas, mbak Amanda sakit apa gitu namanya saya lupa susah namanya kardio kardio apa ya saya lupa”
“Apa maksut mbak kardiovaskular?”
“Iya mas itu mungkin”
“Terimakasih mbak”
Anoc langsung berlari bergegas menuju rumah sakit tanpa mendengar lebih lanjut penjelasan dari Mbak Siti
********
“Amanda”
“Hay apa kabar?”
“Hay”
“Kamu makin cantik aja Manda”
“Tuan Putri ku sekarang banyak-banyak istirahat ya, aku tau kamu, kamu itu selain gadis mungil yang ngeselin kamu itu luar biasa kuat”
“Besok kalau kamu udah sehat kita ke pantai, kali ini aku berjanji akan ngajak kamu ke pantai yang ada penduduknya kita kenalan sama anak-anak kecil disana kita belikan mereka es cream ya sama coklat sambil kita ajarin mereka banyak hal seperti mimpi mu”
“Tuan Putri ku harus bisa melawan ini , kamu ingat kata mu waktu dipantai kamu menyuruh ku menemani mu, aku akan selalu menemani mu selamanya”
Aku tau ucapan Anoc adalah sihir yang menenangkan tidak ada keraguaan disana tapi bagaimana bisa aku melawan takdir, selama ini mungkin salah ku yang mengejar banyak hal sampai lupa kalau perjalanan juga butuh istirahat, mungkin daya ku sudah habis sekarang.
“Tuan Putri kamu tidur ya?”
“Amanda”
“Manda”
“Sayang”
“Manda”
“Tuan Putri bangun”
“Katanya mau kepantai?”
“Sayang bangun sayang”
Aku mendengar suara Anoc memanggil nama ku berulang-ulang tapi kenapa aku tidak bisa membuka mata ku kenapa mataku berat sekali untuk dibuka. Samar-samar aku mendengar suara Ibu ku disusul suara ayah dan suara orang-orang yang dekat dengan ku. Kenapa, kenapa mereka memanggil nama ku sambil menangis? Kenapa mereka bersedih? Aku tidak bisa mendengar mereka menangis, hati ku sakit. Perlahan aku merasakan mata ku juga mengalirkan air hangat yang melewati pelipis ku. Selain itu aku mendengar suara alat detak jantung yang perlahan melemah, suara dokter yang sedang panik memasangkan banyak alat pada tubuh ku. Kenapa, kenapa mata ku sulit sekali untuk dibuka. Tuhan tolong kali ini kabulkan segera harapan ku Tuhan, aku tau Engkau Maha Mendengar aku tidak bisa membuat mereka sedih. Tuhan aku tau kasih sayang Mu juga sangat luas untuk ku, Tuhan berikan kesempatan sekali lagi untuk aku membuka mata hanya sebentar Tuhan aku mohon. Kali ini Tuhan sangat baik sekali kepada ku, perlahan aku dapat melihat lagi wajah dari sosok malaikat tanpa sayap.
“Bu, “ panggil ku lemah.
“Makasih atas cinta nya yang luar biasa, makanan ibu selalu menjadi makanan favorit ku. Maafkan aku Bu selalu membuat ibu bersedih, membuat Ibu kesepian, membuat ibu selalu khawatir, Bu maaf belum bisa menjadi gadis kecil mu yang penurut, Ayah terimakasih banyak pundak mu sangat kokoh maafkan aku yang belum bisa menjadi putri terhebat mu, Hay Tuan terimakasih untuk hari-hari nya maaf tidak bisa menemani mu ke pantai lagi, kalau kamu kesana salam dari ku, terimakasih untuk pantai sudah mau menampung air mata langit”
“Sayang kamu pasti bisa melewati ini , pasti anak ku pasti bisa.” kata Ibu dengan suaranya yang bergetar
“Bu makasih, Bu sayang cinta mu selalu hidup untuk ku”
“Tuhan terimakasih banyak waktunya”
Perlahan mata ku menutup lagi, tiba-tiba cahaya yang sangat terang menghampiri ku lalu terdengar “Mari Amanda”
******
          Ditempat duka ini aku melihat mereka, orang-orang yang kehilangan separuh nyawanya. Namun masih setia menunggu kembali ku meski itu adalah hal yang tidak mungkin akan terjadi. Senja sore ini berisi pilu meski terkadang yang paling pilu bukan yang ditinggalkan tetapi yang meninggalkan. Bagaimana bisa dia meninggalkan banyak sekali duka kepergian kepada mereka, mereka yang ditinggalkan sedih karena tidak ada dia disamping mereka. Namun yang meninggalkan jauh lebih dari sedih, dia ada disamping mereka namun tidak bisa memeluk mereka lagi. Tidak bisa mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja, ya Tuhan apakah perjalanan kehidupan selalu menyedihkan begini? Perlahan senja bener-benar sudah menghilang tergantikan dengan malam yang menghampiri tempat duka itu, namun masih kulihat sosok lelaki yang selalu menyebut ku Tuan Putri duduk disana.
“Tuan Putri , hay aku tau kamu ada disini”
“Aku tau kamu tidak akan pernah meninggalkan aku kan? Kamu akan selalu menemani ku”
Bagaimana bisa dia tau, ah dia kan separuh dewa. Aku ingin sekali menghampirinya dan berkata aku akan selalu menemani mu.
“Haha Tuan putri aku tau semuanya tentang mu, aku rindu kamu bagaimana bisa belum ada satu hari aku sudah sangat merindukan mu”
Sama Tuan aku juga, maafkan aku telah membuat mu berduka.
“Tidak, kamu selalu membuat aku bahagia, terimakasih untuk hari-harinya, terimakasih sudah mengenalkan ku tentang pantai terimakasih sudah mengajari ku tentang mimpi, hidup dan pergi”
Terimakasih atas rasa sayangnya Tuan, terimakasih atas waktunya selama ini, terimakasih sudah mau menemani ku
“Tuan Putri kamu lihat dua burung gagak itu, ternyata mereka sedang menatap rembulan. Burung gagak lambang perpisahan Tuan putri, mungkin dia ingin mengatakan pada ku bahwa ujung dari hidup adalah perpisahan”
Kamu benar Tuan, burung gagak ini aku yang menyuruhnya menghampiri mu.
“Dari mu aku belajar bahwa tidak semuanya bisa terwujud, yaitu tentang mimpi-mimpi mu yang hanya menjadi mimpi. Tentang rencana kita yang akan selalu saling menemani untuk melihat pantai dan memberikan cerita-cerita kehidupan kepada anak-anak pantai hanya akan selalu menjadi rencana. Tapi banyak hal yang bisa aku dapat sayang, bahwa rencana Tuhan tidak akan ada yang tau. Bahwa masa seorang makhluk juga sudah diatur oleh-Nya , bahwa kita hanya sekedar di kasih titipan waktu. Menjadi kisah yang dapat dikenang atau tidak itu tergantung kita sendiri, di  waktu yang sangat singkat ini kamu sudah menjadi rembulan yang luar biasa meski masih dalam bentuk mimpi, tapi mimpi mu bercahaya sayang”
Berjanjilah padaku Tuan setelah ini kamu akan pulang dan berdamai dengan waktu yang sudah memisahkan kita. Hidup dengan baik, tetap sehat, jangan sakit dan selalu bahagia.
“Kamu benar semuanya harus tetap berjalan, Tuhan tidak menciptakan kita untuk berhenti bukan?”
Kalau kamu ada waktu tolong wujudkan mimpi ku Tuan, pergi ke pantai dan bersyukur pada Tuhan telah menciptakan tempat seindah itu dan sampaikan ucapan terimakasih ku untuk pantai karena sudah melapangkan dadanya menampung air mata kesedihan dari langit. Lalu  bacakan kisah-kisah terbaik dari kehidupan untuk anak-anak pantai.
“Aku berjanji pada mu akan mewujudkan mimpi-mimpi mu”

Selamat tinggal tuan, sudah saat nya aku terbang menemui bulan. Kalau dikasih kesempatan pada kehidupan mendatang aku tidak menyesal telah dilahirkan menjadi Aurora Amanda dan aku hanya ingin menjadi Aurora Amanda lagi.
Perlahan kedua burung gagak yang dari tadi hinggap diranting pohon sambil menatap rembulan mengepakkan sayapnya keduanya terbang menuju tempat yang aku sendiri tidak punya kendali untuk menentukannya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pada Aksara Atau Angka

Kita sedang hidup di dunia siapa tuan?

Setiap manusia punya enak dan tidak enaknya sendiri-sendiri