Postingan

Menampilkan postingan dengan label Puisi

Pada Senja Di Ujung Bukit

Gambar
Pada Senja Di Ujung Bukit Pada senja di ujung bukit Tenggelam lembut ke peraduan malam Cahaya yang sirna Malam yang meyeramkan Jangan pulang Pada getir kehidupan Aku ingin terbang dulu Tolong izinkan

Pada Sakura Di Musim Semi

Gambar
Pada Sakura Di Musim Semi Pada sakura di musim semi Ku titip kuncup sayang ku Jangan di gugurkan Sampaikan aku masih menuliskannya dalam bait sendu ku Rasa yang tersesat Panas atau dingin Ingin berlanjut terbang atau kembali ke sangkar Kamu bagaimana? Tanda tanya yang selalu berputar pada bianglala kepala ku Tak kunjung henti Sampai ketika kata ku habis dimakan waktu Tulisan Felisa

Arloji Tertawa Ketika Ku Menghitung Detik

Gambar
Arloji Tertawa Ketika Ku Menghitung Detik Arloji tertawa ketika ku menghitung detik Sang detik yang jenuh ku menatapnya Angka-angka melingkar berdiskusi lari dari nyata Jarum jam nenunjuk tajam Berapa putaran lagi? Tanyanya Berapa putaran lagi aku harus tersesat pada matanya Berapa putaran lagi tuan? Candu yang menggebu Memuntahkan waktu yang tak kunjung temu Ingin menghentikan jarak penyebab rindu Sang poros pura-pura tuli dan bisu Menjelma menjadi doa-doa yang sendu

Arloji Memuntahkan Sendu

Gambar
Arloji Memuntahkan Sendu Arloji putih tertawa ketika ku menghitung detik Sang detik yang jenuh ku menatapnya Angka-angka melingkar berdiskusi lari dari nyata Jarum jam nenunjuk tajam Berapa putaran lagi? Tanyanya Berapa putaran lagi aku harus tersesat pada matanya Candu yang menggebu Memuntahkan waktu yang tak kunjung temu Ingin menghentikan jarak penyebab rindu Sang poros pura-pura tuli dan bisu Menjelma menjadi doa-doa yang sendu

Pada Sakura Di Taman Rindu

Gambar
Pada Sakura Di Taman Rindu Pada sakura di taman rindu Gugur kelopak bunga semi mu Harum semerbak aroma mu Ya tuan sudah berapa windu? Aku rindu dengan pelukan mu Pada sakura di taman rindu Gugur kelopak bunga semi mu Terdengar lirih syair-syair melody merdu Melody merdu pencipta sendu Ya tuan sudah berapa windu? Aku rindu dengan suara mu Pada Sakura di taman rindu Gugur kelopak bunga semi mu Menjatuhkan bait-bait nama mu Merangkai prosa di langit kelabu Ya tuan sudah berapa windu? Aku rindu dengan senyuman mu Pada Sakura di taman rindu Gugur kelopak bunga semi mu Memutarkan arloji dunggu di tangan ku Memuntahkan harap agar kunjung bertemu Ya tuan sudah berapa windu? Aku rindu dengan dekapan mu Pada Sakura di taman rindu Mekar bersemi dalam relung kalbu Menuliskan surat pada sang waktu Mengirimkan ke samudra biru Ya tuan sudah berapa windu? Aku rindu dengan mu Pada Sakura di taman rindu Duduk tersungkur diriku Bertumpu pada sang waktu Dengan ki

Pada Sakura Di Musim Gugur

Gambar
Pada Sakura Di Musim Gugur Pada bunga sakura di musim gugur Harum semerbak aroma perjuangan Jangan gugur tetap bertahan Pada bunga sakura di musim gugur Lembut warna mu syahdu di pelupuk mata Jangan memudar Jangan jangan menjadi hitam tetap bewarna usia Pada bunga sakura di musim gugur Semiliar angin bertiup lirih Mengoyangkan dahan dan ranting Jangan lepas pada batang dan raga mu Pada bunga sakura di musim gugur Harap pada semesta untuk tetap berjumpa semi Semi waktu untuk memulai Izinkan izinkan melewati musim ini lagi Pada bunga sakura di musim gugur Sakura hanya bentuk cinta kasih Mu Terimakasih bentuk cantik ini telah dilahirkan Peluk hangat aroma kehangatan Pada bunga sakura di musim gugur Gugur aku mohon nanti Beri lagi seabad mantra penguat Disaat yang tepat Nanti Aku mohon Gugur akan diterima Terimakasih

Mari Pulih Planet Biru (Sajak Sempurna)

Gambar
Mari Pulih Planet Biru Malam yang gerhana Raksasa buruk rupa menelan cahaya Raksasa buruk rupa menelan bahagia Duka lara dan nestapa tercipta Surat-surat kepergian menjadi berita Burung gagak di ujung rembulan Menatap sayu pada kegelapan Burung gagak rindu terbang Tuhan Meringis meratap merapalkan mantra pengobatan         Memohon dengan teramat dalam         Segera sembuhkan pulihkan dan kembalikan semuanya Untuk planet biru, sehatlah selalu Jangan sakit  Mari berbahagia Bulan kemenangan telah berlalu Kita pemenangnya  Dia kalah, dia akan menyerah Ada terang sehabis gelap Pada penghuni langit Tersungkur ke tanah terbang ke langit mantra-mantra harapan Semesta memainkan melodi termedunya selalu Janji Penguasa pasti terjadi Lepas  Sembuh Burung gagak terbang kembali Burung gagak bernyanyi kembali Sembari menari tanpa henti Lamongan, 28 Mei 2020

Merayakan kepergian

Gambar
Merayakan kepergian Setiap gema yang membuat semakin pilu Setiap percikan kembang api yang membakar perasaan Kenapa malah merasa kalah Merasa kehilangan Merasa sendu lebih dari ukuran sendu Ternyata kemenangan semakin membuat saya kalah Kehilangan sesuatu yang memang diciptakan untuk berlalu

Semoga tepat

Gambar
Usia usai Berjalan namun tersungkur Lalu perjalanan yang bagaimana? Kelopak edelwis yang gugur? Atau gerhana yang kelabu? Tidak ada dalam buku dongeng Kosong dan gelap Tanya pada penjual bunga atau isi kepala Besok kalau tidak lusa Telat? Tidak mungkin Tidak pernah meleset walau sedetik, selalu patuh Berhenti sudah time over, katanya Semoga  diwaktu yang tepat Sudah terlaksana semua tanggung jawab Bumi, tanggal akhir

Kita Hidup Di Dunia Siapa?

Gambar
Kita Hidup Di Dunia Siapa? Kita sedang hidup di dunia siapa tuan Dunia mu yang penuh teka-teki?  Atau hidup di dunia ku Yang aku biar kan kosong? Tanya ku di bangku taman malam itu Kamu hanya tertunduk, mengamati semut diantara rumput-rumput Lalu sang kutilang hinggap di dahan rendah di atas ku Beradu paruh dengan ranting Membisikkan sesuatu dengan lirih Berbeda, berbeda, bunyinya Ku tatap lagi mata mu yang sayu Lalu beralih menatap bintang bertebaran Bukan tentang kita mau kemana malam minggu kali ini Bukan film apa yang akan kita tonton pekan ini Perihal aamiin Pada arah yang berbeda Lalu tatapan mu beralih pada ku Usai, samar-samar aku mendengarnya Perihal yakin tidak akan ada yang kalah dan menang Perihal jalan ke kiri dan ke kanan Melepaskan dan mengikhlaskan Tuhan tersenyum melihat kita yang sesegukan Menikmati suatu pelajaran ujian kehidupan Cinta dan perbedaan

Pulang

Gambar
Pulang Nyaman sekali pelukan mu Dunia ku menjadi damai Segalanya ada disini cinta nan kasih Mencoba berjalan mencari dunia lain     Damai ku menjadi panas   Banyak orang marah-marah   Bunyi klakson dimana-mana   Asap rokok membumbung disetiap sudut   Umpatan menjadi makanan   Ingin hidup sendiri sudah biasa   Merasa yang dipengang paling benar sudah  menjadi kewajiban Hidup macam apa ini Kita hidup di dunia yang mana Dimana letak damai Apakah dunia ku dulu yang salah Tidak semua benar menurut isi kepala masing-masing Pulang  Menjadi kata yang paling nyaman Setelah pencarian panjang Menjadi damai seketika dengan diri sendiri Ingin rasanya putar balik Menetap saja pada tempat pulang              Lamongan , 22 September 2019

Kota Lain

Gambar
KOTA LAIN Senja mu yang masih senja ku Kota jingga yang menjadi abu-abu Berkelana di kota yang baru Menatap sang langit yang masih biru Ingin melupa terhadap kamu yang dugu     Ya tuan aku hidup di dunia siapa     Jika ini di dunia ku         Kenapa kota baru ku masih saja beisi tentang mu         Jika ini hidup di dunia mu     Mana mungkin kau sudi mengizinkan aku masuk di kota mu Melody yang rusak  Nada yang tak kunjung berirama Sudah memiliki mimpi yang baru Meninggalkan segalanya yang abu-abu Namun bagaimana bisa syair ini lagi-lagi tentang mu Apalagi tentang hujan yang merdu Ternyata tuan melupa tidak semudah itu Sialan lagi-lagi senjaku Masih saja bercerita tentang mu Lamongan , 22 September 2019

Mari Pulih Planet Biru

Gambar
Mari Pulih Planet Biru Malam yang gerhana Burung gagak rindu terbang  Untuk planet biru sehat selalu Jangan sakit  Mari berbahagia Ternyata ada bulan dibalik mendung Pada penghuni langit, Tersungkur ditanah terbang ke langit mantra-mantra harapan Hari kemenangan jangan ada yang kalah Semesta melanturkan melodi termedunya selalu Janji Penguasa pasti terjadi

Melati, upaya memeluk pilu

Gambar
Melati, upaya memeluk pilu                Dalam upaya memeluk pilu Belati di tancapkan kuat dijantung mu Pucuk bunga yang layu Membuat parau suara mu Biru kelabu yang berantakan Melati kamu harus tumbuh lagi Jelita raga jiwa yang kuat Peluk erat duri mawar Melati Melati tidak boleh mati Mekar lagi di taman hati Yang kamu bangun sendiri Lepas Sembuh Melati bernyanyi Menari tanpa henti Kota Biru, Hari lahir paus

Pada Surat-surat yang tak terkirim

Gambar
Pada Surat-surat yang tak terkirim Bisu adalah amarah yang meluap Janji baik yang menjadi ingkar Tuli adalah kecewa yang dalam Pundak kokoh yang roboh Bersuara tapi tidak tau cara berbicara Pada peluk yang sangat hangat Kasih sayang yang rindu jalan untuk pulang

Di Lepas karena Sayang

Gambar
                              LEPAS Kau titipkan surat pada sang kuasa Agar aku selalu di lindungannya Kau yang mengantar aku berkelana Dengan seyum getir dimata Ada apa dimata mu sedikit ada hujan Ternyata awan mu menyimpan mendung   Mendung yang sama   Sama-sama membohongi diri sendiri   Di detik-detik yang segalanya harus terjadi         Kau lepas gengaman tangan ini     Ingin ku tertawa bagaimana bisa         Kau bersandiwara sehebat ini   Kau cium kening ku dengan dalam Sedalam kau melepaskan ku yang sebenarnya berat Aku tau kau sangat cinta pada ku Tidak ingin melepaskan sebenarnya Namun jika tidak begini bagaimana bisa dewasa Selagi langit kita masih sama Aku percaya akan baik-baik saja Terimakasih atas cintanya Yang menjadi tempat ku pulang Diantara sesaknya isi bumi                                                             Lamongan , 22 September 2019