Sirius 2. Arti Nama Angin

2.      Arti Nama Angin

 

Pada nama mu yang membuat aku ingin berlayar lebih jauh bersama angin tanpa tujuan, tanpa tempat berhenti. Karena aku ingin kamu menjadi tujuan dan tempat berhentinya.

 

Petualangan baru, setelah malam penutupan kemarin mungkin bersama malam itu selesai sudah masa pengenalan ku dengan kak Galen, aku terlalu bermimpi tinggi jika ingin berlayar bersammanya, siapa aku ini siswa baru yang mungkin hanya teman dari SMP ku saja yang kenal dengan ku.

“Clarissa ayok masuk kelas”

“Ah kamu kayak hantu yang mengagetkan ku saja” Aku kaget ketika tiba-tiba saja Tiya datang dibelakang ku

“Kamu lagi melihat siapa sih? Hayoo lagi lihatin siapa?”

“Enggak ada, Cuma lihat gerbang sudah jam segini kok belum di tutup”

“Masak sih?”

“Iya beneran, udah ayok masuk kelas” Bohong, sebenarnya ada yang ingin ku lihat sosoknya tapi kenapa tidak ada, kenapa dia tidak terlihat melewati pagar atau mungkin dia berangkat lebih pagi daripada aku.

***

Katanya matematika adalah mata pelajaran spesial, mungkin itu juga yang membuatku jatuh cinta pada matematika. Tidak aku buka siswa jenius yang pandai dalam pelajaran, aku ini siswa yang lelet, aku tidak akan langsung paham apa yang diajarkan oleh guru mungkin Tuhan kasihan melihat ku sehingga aku diberi rasa percaya diri yang lebih besar dari rasa takut ku.

Aljabar menjadi bab kesukaan ku, ketika soalnya mungkin hanya lima baris namun jawabannya bisa lebih dari lima lembar. Mungkin kalian lebih setuju lagi dengan ku bahwa aljabar bisa membuat kita naik pitam, bagaimana bisa lima kali menghitung mungkin lima kali juga jawaban kita akan berbeda. Ilmu pasti yang semua isi kepala harus menghasilkan hasil akhir yang sama. Padahal isi kepala manusia selalu berbeda.

Banyak hal yang menuntut kita untuk selalu serba bisa, namun bagaimana kalau hasilnya yang diharapkan berbeda dengan nyata. Mungkin dalam hal menghitung, aku satu langkah lebih cepat daripada teman-teman ku, meskipun hasil hitungan ku banyak salahnya karena aku tidak telilit. Sedangkan dalam hal sejarah, aku lemah untuk menghafal, jangankan materi sejarah yang panjang, nama temen ku saja aku terkadang lupa. Mungkin itu cara kerja semesta semua dibagi adil, mungkin bentuknya saja yang berbeda.

Ternyata sudah penuh papan tulis didepan ku, dengan rumus-rumus panjang, sepanjang itu pula soal yang tertera pada buku matematika yang tebal didepan ku ini. “Ayok yang bisa langsung jawab saja ke depan” Kata Bapak Rahman, guru matematika dengan wajah yang lembut dan sabar ini.

“Saya pak” Jawab ku dengan lantang, padahal aku tidak tahu berapa jawaban dari soal ini, biarkan saja nanti kalaupun salah mungkin akan dibenarkan oleh beliau, bagaimana bisa tahu jawaban ku salah kalau aku belum mencobanya. “Iya silahkan Clarissa” dengan bekal percaya diri aku memasukan angka demi angka pada rumus yang telah diberikan, baris demi baris deretan angka memenuhi papan tulis didepan ku “Sudah pak” kata ku kepada Bapak Rahman.  “Iya betul Clarissa jawabannya”.

“Sekian untuk mata pelajaran matematika hari ini, jangan lupa sisa soalnya untuk tugas dan dikumpulkan minggu depan” Pesan beliau sebelum meninggalkan kelas.

***

Hari ini dibuka pendaftaran kegiatan ekstrakurikuler, aku sangat suka ikut kegiatan menyibukkan diri, menambah ilmu dan berbagi pengalaman kepada orang lain. “Tiya kamu mau ikut ektra apa?” tanya ku pada Tiya, teman sebnagku ku yang selalu bersama ku. “Kamu ikut apa Sa?” dia malah bertanya pada ku.

“Entahlah aku binggung mau ikut apa aku suka semua kegiatannya, tapi takut tidak bisa membagi waktu buat belajar”. Jawab ku

“Ayok ikut semuanya Sa” Ide gila apa ini yang dia bagi dengan ku

“Kamu ini jangan ada-ada aja Ti”

“Aku serius Sa, kenapa kita tidak mencoba dulu. Kan semakin banyak yang kita ikuti juga akan semakin banyak pula pengalaman kita”

“Baiklah aku juga binggung milih ikut kegiatan yang mana”

Aku dan Tiya mendaftar banyak ekstra yang sesuai dengan kita, mendaftar OSIS, Pramuka, PMR, Karya Ilmiah dan Jurnalistik. Entah bagaimana nanti aku dan Tiya bisa membagi waktu ku dengan kegiatan sebanyak ini dan fokus pada akademik, sebenarnya aku memiliki tujuan lain yaitu agar bisa dikenal oleh Galen sebagai siswa yang akif.

***

Setelah mendaftar kegiatan aku dan Tiya duduk di gazebo taman, entah kenapa gazebo ini menjadi tempat favorit ku sejak malam itu, mungkin karena gazebo disini nyaman bisa menatap langit biru dengan jelas sambil di kelilingi dengan bunga yang indah.

“Kalian ikut kegiatan apa?” Pertanyaan yang tiba-tiba muncul dari seseorang yang suaranya sudah ku hafal, semenjak malam itu aku belum pernah melihatnya lagi.

“Eh kak Galen, duduk kak” Kata Tiya yang juga kaget ketika melihat Galen berada di samping gazebo, sambil mempersilahkan Galen duduk.

“Ikut banyak kak” Jawab ku menanggapi pertanyaan kak Galen.

“Banyak itu ada nama-namanya Clarissa”

“Ikut OSIS, Pramuka, KIR, PMR dan Jurnalistik kak” Jawab ku

“Banyak sekali memang kalian mampu membagi waktunya?” Tanya Galen yang kaget ketika aku mengatakan mengikuti kegiatan sebanyak itu

“Entahlah kak aku juga tidak tahu bisa membagi waktu atau tidak” Jawab ku ragu

“Bisa kak, selagi kita tidak malas-malasan pasti bisa” Jawab Tiya

“Selamat bergabung nanti kalian akan sering bertemu dengan kakak” Kata Galen.

Akan senang bertemu dengannya, entah kenapa aku merasa senang dengan apa yang dikatakannya, akan sering bertemu dengan kakak. Kenapa sebagian dari sisi ku senang, bahwa perkenalan ku dengan kak Galen tidak hanya selesai pada malam itu, tapi kenapa aku harus senang ketika akan bisa sering bertemu dengannya.

“Kalian ini aktif ya ternyata?” Tanya Galen

“Lumayan kak kita suka menambah pengalaman” Jawab Tiya

“Iya, kelihatan kalau kalian tidak bisa diam”

“Apalagi Clarissa ini kak dia sejak SD sudah sibuk ikut kegiatan-kegiatan bahkan sering dikirim ikut kegiatan diluar sekolah” Kata Tiya

“Ah kamu ini berlebihan, enggak kak jangan percaya dengan Tiya”

“Tapi aku sudah percaya dengan perkataan Tiya”

“Eh sebentar lagi lagi udah bel masuk ayok Ti” Ajak ku pada Tiya untuk segera pergi dari gazebo itu, aku takut kalau Tiya akan bercerita lebih banyak tentang ku kepada kak Galen.

***

Sekolah semakin sepi, bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak satu jam yang lalu. Setelah duduk di gazebo sambil menatap lagit biru yang berisi awan dengan bermacam-macam bentuk, aku putuskan untuk pulang, melewati tiap ruang demi ruang, terdengar samar-samar petikan piano merdu, semakin dekat semakin terdengar dengan jelas.

Didepan gedung kesenian, langkah kaki ku terhenti menatap sosok sederhana dengan handal memaikan piano di depannya, dengan mata terpejam seakan sangat menikmati nada-nadanya, mungkin dia terlarut dalam melody merdu itu. Tidak dapat dipungkiri ini melody yang sangat merdu, sungguh. Seakan ikut larut dalam dunianya aku ikut memejamkan mata menikmati setiap petikan piano yang membuat ku semakin teduh.

“Clarissa” Suara seseorang yang menyadarkan ku, aduh bagaimana ini kalau Galen tahu aku melihatnya bermain piano sejak tadi.

“Tadi aku tidak sengaja melihat kak Galen bermain piano, maaf”

“Buat apa meminta maaf Clarissa?”

“Melihat kak Galen bermain piano”

“Memang melihat orang bermain piano itu sebuah kesalahan?”

“Enggak sih” Aduh kenapa aku menjadi salah tingkah begini, ya ampun, kenapa jadi bego begini sih

“Kamu lucu”

“Yaudah kak aku mau pulang dulu ya kak” Pamit ku

“Kamu suka musik?”

“Eee…eee .. iya suka kak” aduh kenapa aku jadi salah tingkah begini sih

“Kenapa suka sama musik?” Tanya kak Galen

“Karena aku merasa lebih tenang saat mendengarkan musik kak, kak Galen sendiri kenapa suka musik?”

“Karena musik itu damai Clarissa”

“Bahkan kak Galen sangat jago bermain piano”

“Masih jelek, masih kalah jauh sama orang-orang diluar sana”

“Kita akan menjadi hebat pada diri kita Kak, kalau selalu membandingkan dengan orang lain tidak akan ada ujungnya”

“Kamu benar Clarissa, hidup dan musik bagiku seperti angin, sejuk menenangkan berhembus tanpa ada aturan”

“Karena angin adalah kebebasan Clarissa” Lanjutnya lagi

Karena angin adalah kakak, aku tahu arti namanya angin yang baik sejak pertama kali dia berkenalan, Galen Saguna, yang memiliki arti nama Angin yang berhembus dengan baik. Sejak pertama kali aku tahu namanya, angin akan selalu ada dan menjadi cerita pada petualangan ku.

Entah angin akan membawa berlayar perahu petualangan ku kemana, berlabuh pada pulau yang sepi tak berpenghuni, atau berlabuh pada tepi pantai yang sejuk dan menenangkan, atau berlabuh pada pulau yang penuh dengan penduduk.

Nama yang selalu membuat ku penasaran pada pemiliknya, ingin ku katakan ini pada dia namun tidak, tidak semua perlu di ungkapkan, biar saja angin sendiri yang menjawabnya bersama dengan waktu yang membuatnya berlayar.

“Saya duluan Kak” Pamit ku untuk segera pulang, karena sudah terlalu lama aku berdiri didepan ruang kesenian. Mungkin aku lebih takut jika dialog ini lebih panjang. Lebih membuat ku penasaran dengannya.

“Clarissa” Panggilnya ketika langkah ku mulai menjauh meninggalkan gedung kesenian, namun aku masih bisa mendengar panggilannya. Langkah ku terhenti ingin mendengar apa yang dia katakan.

“iya?” Jawab ku sambil menolehkan kepala

“Tidak jadi, hati-hati”

“Baik kak”

***

Malam ini aku akan menyelesaikan tugas matematika, aku tidak suka mengulur-ngulur waktu untuk menunda pekerjaan, karena pasti nanti bakalan menumpuk dengan tugas yang lainnya.

Angka demi angka memenuhi lembar buku tugas matematika ku, memusingkan, bohong kalau matematika tidak membuat ingin muntah, tapi rasanya sangat menyenangkan bila menemukan hasil akhirnya.

Setelah semua soal terjawab, aku beralih pada buku hitam yang selalu ada di meja belajar ku. Menuliskan beberapa bait untuk mengenang hari ini.

 

Untuk: Angin

Sejuk dan teduh

Semilir dan badai

Berlayar dan terhenti

 

Pada pulau mana kamu akan menghentikan perahu ku

Ujung pantai tampa ombak

Pada pulau terpencil tanpa aksara

Pada laut tenang yang bisu

Pada pulau mana nanti tuan?

 

Pada detik keberapa angin akan berhenti berhembus

Pada nelayan yang pulang ke kampung halaman

Pada burung yang kembali ke sangkar

Atau pada senja ke peraduan malam?

Pada detik keberapa tuan?

 

Sebelum berlayar aku ingin berhenti

Tidak mengenalmu lebih jauh

Tidak tenggelam pada sejuk mu lebih lama

Tidak berlayarbersama

Hanya sebatas menatap dari ujung tebing

           

Bumi, Pengakuan arti nama

 

 

 

 

  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pada Aksara Atau Angka

Kita sedang hidup di dunia siapa tuan?

Setiap manusia punya enak dan tidak enaknya sendiri-sendiri